Juni 03, 2013

Kreativitas Itu Hak Semua Orang

Dimuat di Majalah Pendidikan Online, Senin/3 Juni 2013
http://mjeducation.co/kreativitas-itu-hak-semua-orang-resensi-buku/

Judul: Sila ke-6, Kreatif Sampai Mati
Penulis: Wahyu Aditya
Penerbit: Bentang Pustaka Yogyakarta                      
Cetakan: II/ Februari 2013
Tebal: xvii + 302 halaman
ISBN: 978-602-8811-99-6
Harga: Rp59.000

“Siapa yang paling kreatif, dialah yang menang!” (@kiibookriibs-Gembolers@kdri, halaman 71)

Begitulah bunyi plesetan dari hukum rimbanya Sir Charles Darwin. Menurut penulis, di abad ke-21 ini, kreativitas memang telah menjadi harga mati. Dalam kata sambutannya, Wahyu Aditya berpendapat bahwa kreativitas bukan hanya milik seniman karena kreativitas ialah hak untuk semua orang, baik yang kaya-miskin, tua-muda, entrepreneur, akuntan, tentara, hingga pengangguran sekalipun.

Secara lebih mendalam, aktivis dunia animasi dan desain ini melihat bahwa sejatinya kreativitas sudah mengendap dalam diri setiap insan. Artinya, kreativitas ibarat benih yang harus dipupuk agar mekar dan tumbuh subur. Ironisnya, manusia cenderung malas untuk merawat atau belum tahu cara mengoptimalkan energi kreatif.

Lantas, juara dunia British Council Young Creative Entrepreneur 2007 ini mengajak pembaca belajar dari bangsa Jepang. Walaupun mereka luluh-lantak pasca dibom atom oleh pasukan Sekutu pada 1945, negeri Dai Nippon tersebut piawai mentransformasi imajinasi menjadi industri konten. Setiap tahun mereka menghasilkan lebih dari Rp 1.000 triliun  dari 4 sektor saja, yakni video, percetakan, musik dan games. Salah satu tokoh kartun paling terkenal dari Jepang siapa lagi kalau bukan  Doraemon. Bahkan boneka berkantong ajaib tersebut dinobatkan sebagai duta negara.

Sistematika buku “Sila ke-6, Kreatif Sampai Mati” ini terdiri atas 17 butir pencerahan. Antara lain berjudul, “Lakukan Hal Spontan,” “Rangkul Keterbatasan,” “Mampu Mengurai,” “Fleksibel Saja,” dll. Pelopor Hello Fest, festival Pop Culture terbesar di Indonesia ini memang sengaja mendesain buku ini agar bisa dibaca tanpa harus dirunut dari awal sampai akhir. Pembaca dapat menikmatinya secara acak (random).

Buku ini juga mengungkap musuh utama kreativitas, yakni rasa takut. Misalnya, ketika seseorang menemukan ide cemerlang, ia tidak berani melaksanakan ide brilian tersebut agar menjadi kenyataan. Suara-suara di benaknya membisiki dengan kalimat-kalimat yang membuat pesimis, ragu, dan mengancam rasa aman, “Jangan lakukan itu, nanti kamu bisa merugi! Jangan bertindak, pasti kamu gagal! Awas, jika kamu berbuat seperti itu, orang akan menertawakanmu!” (halaman 198).

Menurut Seth Godin, pengarang buku Linchpin, sang pembisik tersebut bernama otak kadal (amygdala). Bagian otak ini memang bertugas merespon rasa takut, marah, dan nilai-nilai negatif. Sedangkan, bagian otak manusia yang suka menerima pemikiran kreatif ialah neocortex. Tapi memang si neocortex ibarat anak baru yang lemah dan pemalu. Ia kalah garang dengan sang kadal yang relatif lebih senior.

Pemenang Best Short Movie dalam JiFfest 2004 itu juga mengingatkan bahwa si kadal memiliki jurus andalan. Tujuannya agar seseorang suka menunda-nunda pekerjaan, sangat terobsesi dengan detail, mengkritik diri sendiri secara berlebihan, menciptakan kecemasan, dan mencari 1001 alasan lain. Alhasil, ide niscaya jatuh terkapar jika terus-menerus dibombardir.

Dalam rangka mewujudkan ide kreatif tidak ada cara lain kecuali melawan pertahanan otak kadal. Kendati demikian, ternyata ia memiliki ilmu kebal dan tak bisa mati. Otak kadal hanya bisa pingsan untuk sementara waktu. Nah pada saat itulah kita bisa berkarya merealisasikan impian menjadi kenyataan.

Sebagai praktisi di dunia animasi yang telah malang-melintang selama 12 tahun di dalam dan luar negeri, penulis relatif menguasai bidang tersebut. Menurutnya, film Lord of the Ring butuh waktu satu hari untuk me-render 1 frame (1 detik = 24 frame). Proses tersebut cukup lama karena rumitnya objek yang dibentuk, mulai dari monster, kobaran api, hingga dedaunan yang bertebaran (halaman 123).

Lantas dari tepian Bengawan Solo, penulis juga memberi contoh nyata kreativitas anak negeri. Guruh Sabdo Nugroho bangga berprofesi sebagai Seller FJB (Forum Jual-Beli) Kaskus dengan omzet Rp 80 juta per bulan. Aktivitas sehari-harinya ialah memproduksi gitar bermotif batik bersama puluhan perajin lainnya. Bahkan pelanggannya sudah sampai ke mancanegara. Tatkala diwawancara tentang kiat-kiat menjalankan usaha, Guruh dengan mantap menjawab, “Kita harus kreatif!” (halaman 270).

Buku setebal 302 halaman ini dapat merangsang pembaca untuk melahirkan ide-ide kreatif. Layak dibaca oleh  siapa saja yang hendak melihat suatu perkara dari aneka sudut pandang. Sebab, menyitir puisi Alan Alda, “Kreatif adalah tempat di mana tidak ada orang lain yang pernah mengunjunginya. Engkau harus meninggalkan kota kenyamanan dan pergi ke hutan belantara dengan intuisimu. Apa yang akan engkau temukan akan menjadi indah. Apa yang engkau temukan ialah dirimu sendiri.”


Tidak ada komentar: