Dimuat di Majalah Pendidikan Online Indonesia, Selasa/16 Juli 2013
http://mjeducation.co/heboh-materi-buku-paket-bahasa-indonesia-kelas-6-sd-yang-perlu-segera-dicermati/
http://mjeducation.co/heboh-materi-buku-paket-bahasa-indonesia-kelas-6-sd-yang-perlu-segera-dicermati/
Selasa
pagi (9/7/2013), salah satu orang tua SDN Polisi 4 membagi informasi
bahwa semalam putrinya mempertanyakan maksud yang terkandung dalam
wacana buku paket pelajaran Bahasa Indonesia kelas 6 terbitan CV
Graphia Buana halaman 55-60 yang berjudul "Anak Gembala dan Induk
Serigala". Karena penasaran sang ibu segera mencermati wacana yang
dimaksud putrinya. Sang ibu yang juga berlatar belakang ilmu
kependidikan dan seorang guru dibuat terperanjat membaca wacana yang
disadur dari AkmalBlog tersebut.
Sang ibu bingung
menerangkan karena meskipun putrinya hobi membaca, tapi sejauh pantauan
sang ibu putrinya tak pernah bersentuhan dengan tema bacaan semacam
itu. Untuk itulah sang ibu berbagi informasi karena khawatir
jangan-jangan hanya dia yang mempersepsikan isi wacana dalam buku yang
disusun oleh Ade Khusnul dan M.Nur Arifin edisi cetakan pertama Maret
2013 tersebut tidak layak dibaca siswa-siswi kelas 6 SD/MI.
Kebetulan
penulis blog ini juga telah membeli buku tersebut untuk anak yang akan
duduk di kelas 6 tahun ajaran 2013/2014 di salah satu kios buku musiman
rujukan manajemen beberapa sekolah (SD) yang berada di Jalan Paledang,
samping toko peralatan olahraga Surya Sport, kira-kira 50 meter dari LP
Paledang, Kecamatan Bogor Tengah sejak awal liburan minggu terakhir Juni
2013 silam.
Karena didorong keingintahuan, penulis blog
pun buru-buru ke rumah dan membaca buku tersebut. Tapi selaku orangtua
yang bukan berlatar belakang pendidikan dan tidak mengerti psikologi
anak, maka penulis pun tidak bisa menyimpulkan apakah wacana dalam buku
yang diterbitkan oleh penerbit yang beralamat di Jalan Tumenggung
Wiradireja, Tanah Baru, Bogor Utara Kota Bogor tersebut layak atau tidak
dibaca siswa kelas 6, maka penulis memposting hal tersebut di blog ini
untuk minta pendapat pembaca yang mengerti.
Data Buku:
Judul: Aku Senang Belajar Bahasa Indonesia untuk SD/MI kelas 6
Penyusun: Ade Khusnul dan M. Nur Arifin
Editor: Asep Setiawan
Edisi: Cetakan pertama Maret 2013
Penerbit: CV Graphia Buana
Alamat Penerbit: Jalan Temanggung Wiradireja, Tanah Baru, Bogor Utara, Kota Bogor
Berikut adalah kutipan dalam wacana halaman 55-60 yang membuat sang ibu terperanjat:
".....Beban
yang berat membawanya untuk masuk lebih dalam ke bilik kamar yang
hanya ditutupi oleh kain.Bilik itu bagian belakang dari sebuah warung
remang-remang di pinggiran kota .Tempat dimana sekarang dia membanting
tulang demi hidupnya dan keluarganya di sebuah kampung.Di dalam bilik
itu sudah menunggu seorang laki-laki yang segera menyambutnya dengan
sebuah pertanyaan.
"Dari mana asalmu ?"
"Panyuren, " jawab perempuan ,yang baru saja duduk di dalam kamar itu, singkat.
Gerakan
perempuan itu terlihat masih kikuk .Benar seperti kata pemilik warung
ini, dia ini pendatang baru !.Jakunnya bergerak turun naik melihat
kemolekan perempuan itu.Hanya saja dia masih penasaran dengan nama
kampung asal yang tadi disebut.
"Panyuren .Agaknya saya pernah ke sana .Kampung itu terletak dekat dengan hutan lebat bukan?".
“iya benar,” perempuan itu menjawab singkat dan terdengar ragu.
Jangan-jangan lelaki di hadapannya pernah mengenal dirinya. Hal itu
semakin menambah kekikukannya di depan lelaki itu. Sementara lelaki yang
dikuatirkan mengenalnya itu rupanya asyik meneguk sejenis minuman
beralkohol. Pada botol minuman itu, ada gambar seekor banteng yang
tengah menanduk. Dia ingat pada orangtuanya yang punya dua ekor sapi.
Ayahnya pernah bilang kalau nanti anak yang dilahirkannya sudah agak
besar, akan dikenalkan dengan ternak dan hutan seperti kakeknya. Ah,
rahasia. Kenapa harus begitu kelam?
Bertahun-tahun, seorang mandor penebangan kayu melihatnya sedang mandi
di sebuah telaga. Akhirnya terjadilah peristiwa yang merenggut
kegadisannya sekaligus menimbulkan tumbuhnya janin di perutnya. Dia
tadinya tidak bisa terima. Begitu lahir, bayi itu ditinggalkannya
dengan kedua orangtuanya sementara dia lari ke kota. Kini dia sadar
bahwa dia harus berbuat sesuatu untuk menghidupi anak yang pernah
dikandungnya. Walau bagaimanapun dia adalah darah dagingnya. Dia ibu
dari anak itu. Dari tempat paling hina di dunia ini, warung
remang-remang tempat dia menjajakan badan, dia selalu diingatkan pada
hal itu. Apapun. Apapun harus ia lakukan demi kehidupannya dan anak
itu.
“Kamu cantik sekali. Marilah dekat kesini.”
Suara
itu membuyarkan lamunannya. Pada awalnya dia tampak ragu untuk
meladeni rayuan lelaki itu. Akan tetapi sebentar tadi, masa lalu yang
kelam sudah menyeretnya pada sebuah kesadaran, dia ingin melupakan
kepahitan hidupnya. Melupakan deritanya pada sosok lelaki yang
menistakan dirinya, pada sosok jabang bayi yang meruak dari celah
selangkangannya, pada kesadaran bahwa dia adalah perempuan yang
sewaktu-waktu mudah dihempas oleh jerat nafsu.
Kali ini, dia membulatkan tekad untuk berkuasa sepenuhnya pada daya tubuhnya. Hanya itu yang dia punya. Hanya itu, Maka…
“Bergairahlah lelakiku. Aku ingin sekali menyempurnakan keinginanmu.”
Lelaki itu tersenyum lebar. Dia mengulurkan segelas minuman pada perempuan itu yang segera disambut dan dituntaskan dalam satu tegukan. Mereka tenggelam dalam pelukan dan ciuman.
“Tunggu dulu. Aku ingat lesung pipit ini. Bagaimana bisa kau datang kemari?”
Dengan terpaksa, perempuan itu melepaskan erat pelukan, berjalan ke arah saklar untuk menyalakan lampu kamar. Dia ingin menegaskan wajah lelaki itu. Apakah memang dia mengenalnya?
“Tidak. Tidak. Aku tidak mengenalmu. Dan tidak juga ingin mengenalmu setelah pertemuan ini.” Begitu hatinya bergemuruh.
“Ya, Aku pun begitu. Tapi kau kukenali sebagai gadis yang berjalan menunduk ketika melewati kemah kami. Gadis yang cantiknya sering sekali Mandor Onih ceritakan. Gadis yang setiap malam kutangisi setelah kejadian itu.” Lelaki itu tiba-tiba mengisak. Tangannya menggapai seakan meminta perempuan itu mendekat dan memeluk dirinya. Dan ketika perempuan itu terengkuh olehnya, pada telinganya dia berbisik lirih.
“Gadis yang aku cintai.”
Ah, inikah cinta? Dia pun gemetar dalam pelukan lelaki itu. Seperti lampu di kamar yang berpijar, dia merasa terbakar sendirian.
“Kau punya anak?” Lelaki itu kembali bertanya. Mengangguk lemah, dia memejamkan mata. Dua butir air mata segara meluncur di atas pipinya yang keputihan oleh pupur.
“Anak Mandor Onih?”
Dia mengangguk lagi. Kali ini dia melepaskan pelukan lelaki itu. Lelaki itu kaget. Apakah dia menolak cintanya? Dipandangnya lekat mata sembab perempuan itu. Mata itu sudah berubah menyala. Ada sesuatu yang akan terjadi.
“Kita jadi tidak? Aku dan anakku perlu makan bukan rayuan!”
Senja itu, di sebuah lubang sarang, anak-anak serigala mengunyah rerumputan. Induknya belum juga pulang. Anak gembala yang lengan dan kakinya terluka karena gigitan serigala tertatih mengiring ternaknya ke kandang, dan perempuan yang adalah ibunya, di dalam kamar mengisak perlahan. Entah isak tangis senang hari ini dia mendapat uang dari langganan pertamanya, atau tangis kerinduan pada kampung halaman. Atau…
“Bergairahlah lelakiku. Aku ingin sekali menyempurnakan keinginanmu.”
Lelaki itu tersenyum lebar. Dia mengulurkan segelas minuman pada perempuan itu yang segera disambut dan dituntaskan dalam satu tegukan. Mereka tenggelam dalam pelukan dan ciuman.
“Tunggu dulu. Aku ingat lesung pipit ini. Bagaimana bisa kau datang kemari?”
Dengan terpaksa, perempuan itu melepaskan erat pelukan, berjalan ke arah saklar untuk menyalakan lampu kamar. Dia ingin menegaskan wajah lelaki itu. Apakah memang dia mengenalnya?
“Tidak. Tidak. Aku tidak mengenalmu. Dan tidak juga ingin mengenalmu setelah pertemuan ini.” Begitu hatinya bergemuruh.
“Ya, Aku pun begitu. Tapi kau kukenali sebagai gadis yang berjalan menunduk ketika melewati kemah kami. Gadis yang cantiknya sering sekali Mandor Onih ceritakan. Gadis yang setiap malam kutangisi setelah kejadian itu.” Lelaki itu tiba-tiba mengisak. Tangannya menggapai seakan meminta perempuan itu mendekat dan memeluk dirinya. Dan ketika perempuan itu terengkuh olehnya, pada telinganya dia berbisik lirih.
“Gadis yang aku cintai.”
Ah, inikah cinta? Dia pun gemetar dalam pelukan lelaki itu. Seperti lampu di kamar yang berpijar, dia merasa terbakar sendirian.
“Kau punya anak?” Lelaki itu kembali bertanya. Mengangguk lemah, dia memejamkan mata. Dua butir air mata segara meluncur di atas pipinya yang keputihan oleh pupur.
“Anak Mandor Onih?”
Dia mengangguk lagi. Kali ini dia melepaskan pelukan lelaki itu. Lelaki itu kaget. Apakah dia menolak cintanya? Dipandangnya lekat mata sembab perempuan itu. Mata itu sudah berubah menyala. Ada sesuatu yang akan terjadi.
“Kita jadi tidak? Aku dan anakku perlu makan bukan rayuan!”
Senja itu, di sebuah lubang sarang, anak-anak serigala mengunyah rerumputan. Induknya belum juga pulang. Anak gembala yang lengan dan kakinya terluka karena gigitan serigala tertatih mengiring ternaknya ke kandang, dan perempuan yang adalah ibunya, di dalam kamar mengisak perlahan. Entah isak tangis senang hari ini dia mendapat uang dari langganan pertamanya, atau tangis kerinduan pada kampung halaman. Atau…
**
Kabar
tersebut sontak menghebohkan sidang pembaca. Terutama para orang tua
dan para pemerhati dunia pendidikan nasional. Bumi Bara Resources
berpendapat begini, “Jangankan untuk SD, untuk tingkat SMU pun belum
pantas cerita itu untuk masuk dalam buku mata pelajaran. Memang
penghancuran generasi muda bangsa ini dilakukan sejak dini dari berbagai
lini. Sayangnya pemerintah seakan tak peduli dan terus berasyik ria
dengan urusan partai dan para kroninya. Seakan duit rakyat adalah uang
mereka. Hening cipta mulai!”
Lantas, Sam Mike secara
proaktif mengajak pembaca beramai-ramai melapor ke Kemendikbud
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) Republik Indonesia:
Call center : 177
Telepon alternatif : 021 5703303
SMS : 0811976929
Email : pengaduan@kemdikbud.go.id
Twitter : @Kemdikbud_RI
Facebook : www.facebook.com/Kemdikbud.RI
Secara
lebih mendalam Zuka Ryka menyoroti dari aspek lingusitik, “Cerita yang
tidak jelas alurnya, tata bahasanya, pemilihan katanya, temanya dan
tujuan ditampilkannya cerita ini dalam buku pelajaran anak. Buku
pelajaran harusnya mengandung unsur pendidikan sesuai usia. Usia SD
belajar bahasa Indonesia tujuannya adalah mengenal susunan tata bahasa
sesuai EYD, mengerti makna kalimat yang baik, mampu menggunakan dan
menyusun kata-kata berbahasa Indonesia yang baik, sopan, santun, sesuai
budaya Indonesia.”
Lantas dari analisis politik Syarif
Husni menegaskan, “Ini adalah salah satu kelemahan penerapan Kurikulum
2013 yang tergesa-gesa, yakni persiapan buku ajar yang juga "dipaksakan"
rampung dalam waktu yang super singkat. Akibatnya, materi asal comot
sana-sini. Semakin ambruklah sistem pendidikan kita. Solusi konkretnya
adalah harus ada pihak yang melaporkan buku ini ke Kemendikbud agar
segera ditarik dari pendistribusian. Kerja sama dan komunikasi pihak
sekolah dan orang tua menjadi hal yang perlu terus dijaga.”
Cermati Bahasa dalam Interaksi
Istoto Suharyoto dalam status Facebook-nya berpendapat, “Cermati "bahasa" dalam interaksi ... juga bagian untuk dapatkan respon terbaik kamu....#verbal statement detective” Pakar dan praktisi NLP (Neuro Linguistic Programming) asal Yogyakarta tersebut menulisnya pasca membaca tentang postingan buku SD yang tidak pantas itu.
Menurutnya,
tidak ada orang yang tidak berkomunikasi. Berkomunikasi menggunakan
bahasa (verbal, intonasi dan visual). Nah pilihan tepat dalam berbahasa,
hanya mendatangkan hasil tepat. Kalau salah bisa menyesatkan. Dalam
buku itu, nampaknya tujuan komunikasinya tidak dicermati terlebih
dahulu, asal ngejar setoran, padahal dalam skala besar, bahasa sungguh berbahaya jika digunakan dalam pengendalian massa.
Senada
dengan pendapat Willy Pramudya, seorang jurnalis senior, “Setiap
penguasa akan selalu memanfaatkan bahasa untuk kepentingan melanggengkan
kekuasaan, menyembunyikan kesalahan, melakukan pembenaran, menyerang
musuh politik, dll. Tapi juga ada kalangan yang menggunakan bahasa untuk
tujuan baik, yakni menyebarkan ilmu, informasi bermanfaat, kebenaran,
refleksi tentang tujuan hidup bersama dll. Zaman Soeharto ada kata-kata
kunci yang digunakan untuk menghabisi musuh politiknya, termasuk
menstigma orang tak bersalah. Saat ini rejim oligarkis ini menggunakan
bahasa untuk menyembunyikan kebajinganan mereka.”
Drs. Istoto, MM. CHt selama ini memang mendalami ilmu tentang bagaimana orang berbohong dll (itu sebabnya di atas ia tulis #verbal statement detective),
dengan segala kompetensi yang ia miliki itu sekarang, terlihat sekali
bagaimana hal-hal dibuat dan dikondisikan supaya banyak orang
mengikutinya dan menjadi biasa karenanya.
Akhir
kata, Irham Sya berikhtiar, “Bagaimana bisa kasus buruk di dunia
perbukuan terus terjadi? Ini bukan yang pertama, kedua, atau ketiga,
melainkan sudah yang kesekian kalinya. Penulis, penerbit, pembaca buku,
dan Dinas Pendidikan harus bersinergi mengawal buku-buku pelajaran
sehingga berkualitas dan layak baca.”
Sumber Foto: http://komitesdnpolisi4.blogspot.com/2013/07/buku-paket-bahasa-indonesia-kelas-6.html |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar