Juli 12, 2013

Mengubah Sampah Menjadi Emas

Dimuat di Majalah Pendidikan Online Indonesia, Sabtu/13 Juli 2013

Judul        : Sembuh dengan Hipnoterapi
Penulis      : Karyadi, S. Ag., C.Ht (Bhante Thiradhammo)
Penerbit    : Elex Media Komputindo
Cetakan    : 1/Februari 2013
Tebal        : xxix + 120 halaman
ISBN         : 978-979-22-8978-7
Harga       : Rp38.000

Kehidupan manusia dapat diibaratkan tumbuhan. Ada tanaman yang berbuah  lebat dan ranum tapi ada juga yang jarang berbuah. Kalau toh ada beberapa buahnya di sebatang ranting, itu pun busuk dan tak matang sempurna. Lalu, sang petani berupaya memperbaiki mutu produksi tanamannya tersebut. Ia memangkas ranting-ranting yang tak berbuah.

Lewat buku ini, Bhante Thiradhammo berpendapat bahwa upaya di atas baik adanya. Tapi jika sang petani mau mengatasi persoalan langsung dari akarnya niscaya lebih signifikan dan tahan lama (durable). Keunggulan “Sembuh dengan Hipnoterapi” terletak pada fakta-fakta empiris. Jadi tak sekadar memuat sederet teori njlimet, tapi lebih sebagai sharing pengalaman.

Penulis telah menjadi praktisi hipnoterapi sejak 2009. Selain itu, Bhante Karyadi juga seorang biksu Budha. Pada 1997, ia memutuskan menjadi rohaniwan dengan tujuan awal membalas budi baik mendiang orang tuanya. Dalam tradisi Budha, cara untuk berbakti pada lelulur ada tiga, yakni dengan beramal materi (dana punia), berpuasa selama rentang waktu tertentu, dan menjadi biksu. Awalnya, ia hanya ingin menjadi rohaniwan Budha selama 1-2 tahun saja, tapi hingga buku ini terbit ia masih berjubah.

Sembari melakukan pelayanan keagamaan di pelosok Riau, Sumatera Utara, dan Kepri (Kepulauan Riau), Bhante juga menangani ribuan klien - dengan materi hypnolearning dan clinical hypnotherapy - untuk anak-anak hingga orang dewasa. Salah satunya bernama Dicky, 45 tahun (bukan nama sebenarnya).
Ia seorang sarjana dengan prestasi akademik cemerlang. Semangat belajar Dicky sungguh luar biasa. Sejak masih duduk di bangku SD sampai SMA, ia selalu menjadi juara kelas. Pasca tamat SMA, ia bahkan mendapat beasiswa pendidikan di Jerman. Obsesinya memang ingin kuliah di luar negeri, bekerja di perusahaan besar, dan mendapat gaji tinggi.

Dicky mau menunjukkan kepada keluarganya bahwa ia orang yang layak dihargai dan dihormati. Ironisnya, prestasi cemerlang dan keberlimpahan materi tersebut tak membuat batinnya bahagia. Ia sulit menjalin hubungan dengan orang lain terlebih dengan kedua orang tuanya. Selain itu, Dicky juga selalu kandas saat menjalin relasi serius dengan lawan jenis (halaman 106).

Selama 25 tahun bekerja dan tinggal di Jerman, Dicky berkali-kali melakukan terapi dan konseling dengan psikolog andal di sana. Setidaknya, tiga psikolog telah menanganinya, tapi ia belum merasakan perubahan yang signifikan. Dicky tetap merasa dirinya bagai onggokan sampah.

Ketika ia berkunjung ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan adiknya, Dicky berkenalan dengan Bhante Karyadi. Lantas, mereka menyepakati waktu khusus untuk terapi. Singkat cerita, pasca melakukan praktik hipnoterapi, ternyata akar masalah Dicky terjadi saat ia masih berada dalam kandungan, tepatnya saat janin masih berusia 5 bulan.

Ibunda Dicky hendak menitipkan si bayi - jika laki-laki - kepada kakak perempuannya. Kenapa? Karena sang kakak memiliki 4 anak dan semuanya perempuan. Tapi ada perdebatan sengit diantara mereka, sang ibu ingin sejak lahir Dicky dibawa dan dirawat di rumah tantenya. Tapi si tante hanya mau mengadopsi keponakannya tersebut jika Dicky sudah bisa berjalan.

Ironisnya, sang ibu keceplosan karena saking emosinya, “Masih di perut saja sudah jadi masalah, gimana kalau sudah lahir nanti, pasti buat repot saja.” Ternyata, si janin yang notabene masih berada di dalam kandungan merekam stigma negatif tersebut. Bahkan hingga Dicky berusia 45 tahun pun, pengalaman traumatis itu masih tersimpan rapat di gudang bawah sadar (halaman 109).

Alhasil, Dicky mengasosiasikan dirinya laksana sampah, sebagai respon atas percakapan antara ibunda dan tantenya di atas. Lantas, dalam kondisi deep trance, Bhante berdialog dengan sang janin. Intinya hendak mengubah gambaran sebagai onggokan sampah yang bau dan tak berguna menjadi batangan emas yang kuning berkilauan dan sangat berharga. “Demikian pula diri janin adalah anak yang berguna, anak yang berharga. Benar kan janin sayang?” tanya Bhante. “Iya benar,” jawab Dicky dengan roman wajah nan ceria (halaman 114).

Masih banyak kisah testimoni lainnya. Sebagai verifikasi atas tesis bahwa ilmu hipnoterapi dapat mengatasi masalah kejiwaan/psikologis dan gangguan psikosomatis akut. Berdasarkan penelitian Stanford Hypnotic Susceptibility Scale (SHHS), 10% manusia mudah diterapi, 85% moderat (sugestibilitas normal) dan hanya 5% yang sulit diterapi (Adi Gunawan: 74). Jadi pada prinsipnya, semua orang dapat menarik manfaat dari hipnoterapi.

Buku setebal 120 halaman ini sebuah referensi berharga bagi sidang pembaca. Sepakat dengan pendapat Yan Nurindra, karena isinya memberi gambaran tentang kesempurnaan manusia yang dibekali oleh Tuhan dengan kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Selamat membaca!

1373692915460715197

Tidak ada komentar: