Dimuat di Majalah Hidup, Minggu/5 Mei 2013
Judul: Hidup Itu Anugerah
Penulis: Laurent Prasetya Pr
Editor: Hendra Prabawa
Penerbit: Pohon Cahaya Yogyakarta
Cetakan: II/ 2013
Tebal: 116 halaman
ISBN: 978-602-9485-14-1
Harga: Rp 13.000
Karya tulis ini relatif njawani.
Dalam arti, banyak menggunakan filosofi Kejawen untuk menerangkan satu
fenomena tertentu. Misalnya, orang yang sulit bersyukur cenderung
memaksakan diri (ngaya). Selain itu, mereka juga menjadikan keserakahan sebagai berhala (ngangsa). Pun selalu memerhitungkan untung dan rugi (petung). Tatkala ketiga kecenderungan tersebut bersekutu maka muaranya ialah penderitaan hidup (nelangsa)
(halaman 35). Contoh yang tak perlu ditiru ialah kelakuan para
koruptor. Ibarat meminum air laut, seberapa pun perutnya menggelembung
tetap saja haus dan serakah merampas uang rakyat.
Sebagai solusi alternatif, Romo
dari ordo Projo yang mengawali pelayanannya di Paroki St. Fransiskus
Xaverius Kidulloji, Yogyakarta ini mengajak pembaca berterimakasih
atas hal-hal sepele yang ada dalam keseharian ziarah hidup. Ia
mengutip Mazmur 79:13, “Maka kami ini, umat-Mu, dan kawanan domba
gembalaan-Mu akan bersyukur untuk selama-lamanya, dan akan memberikan
puji-pujian untuk-Mu turun-temurun.”
Seruan tersebut sejalan dengan penelitian ilmiah dr. Masaro Emoto, ungkapan cinta (love) dan syukur (gratitude)
juga membentuk kristal air heksagonal yang indah. Salah satu tolok
ukurnya ialah pola tidur. Tak hanya dari aspek kuantitas alias lamanya
tidur, tapi juga pada kualitasnya. Orang yang penuh syukur, menjalani
hidup dengan bahagia dan sepenuh hati. Alhasil, ketika tidur niscaya
nyenyak tanpa mimpi (deep sleep). Kenapa? Karena terbiasa pasrah pada penyelenggaraan dan perlindungan-Nya (halaman 110).
Buku setebal 116 halaman ini
ibarat lentera jiwa. Isinya niscaya menyinari hati pembaca yang sudi
membuka diri dan berbagi pada sesama. Pilihan ada di tangan Anda, mau
melihat hidup sebagai anugerah atau serapah. Senada dengan pendapat
para bijak, “Manusia memang tak bisa menghentikan ombak, tapi kita
bisa belajar berselancar.” Selamat membaca!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar