Dimuat di Harian Jogja, 25 Sept 2008, Rubrik Aspirasi
http://www.harianjogja.com/web/index.php?option=com_content&view=article&id=2596:hapus-kolom-agama-pada-ktp-&catid=119:jagongan&Itemid=385
http://www.harianjogja.com/web/index.php?option=com_content&view=article&id=2596:hapus-kolom-agama-pada-ktp-&catid=119:jagongan&Itemid=385
Banyak korban berguguran di Poso karena penyalahgunaan kolom agama di Kartu Tanda Penduduk (KTP) oleh kelompok yang bertikai. Identitas agama tersebut menjadi "senjata" untuk saling membunuh atas nama kepercayaan. Lebanon menghapuskan kolom agama di KTP paska perang saudara selama 16 tahun. Saat ini hanya ada 2 negara yang keukeuh mencantumkan kolom agama di ID Card. Salah satunya Indonesia.
Radikalisme memang acapkali berawal dari hal-hal kecil. Misal pemisahan anak-anak saat pelajaran agama di sekolah. Seorang anak yang berbeda agama dan keyakinan mendapatkan perlakuan diskriminatif dari para guru. Hal ini terjadi berulang-ulang dan menimbulkan bibit-bibit perpecahan dalam diri si anak. Oleh sebab itu, pengenalan nilai-nilai budi pekerti perlu kita galakkan kembali sejak usia dini.
Radikalisme memang acapkali berawal dari hal-hal kecil. Misal pemisahan anak-anak saat pelajaran agama di sekolah. Seorang anak yang berbeda agama dan keyakinan mendapatkan perlakuan diskriminatif dari para guru. Hal ini terjadi berulang-ulang dan menimbulkan bibit-bibit perpecahan dalam diri si anak. Oleh sebab itu, pengenalan nilai-nilai budi pekerti perlu kita galakkan kembali sejak usia dini.
Penghapusan kolom agama di KTP dan penanaman nilai-nilai budi pekerti niscaya mengurangi potensi terjadinya konflik dan pola pengkotak-kotakkan antar warga negara. Toh sejatinya kita semua - menyitir pendapat Anand Krishna - memiliki Satu Bumi, Satu Langit, dan Satu Umat Manusia (One Earth, One Sky, and One Humankind).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar