Dimuat di Rubrik Opini Pembaca, Media Indonesia 18 Juli 2008
Ibarat cendawan di musim hujan kini marak bermunculan media online. Sebut saja www.detik.com, www.kabarindonesia.com, www.koraninternet.com, dll. Media lokal dan nasionalpun memiliki versi online, misalnya www.kr.co.id dan www.mediaindonesia.com. Perkembangan teknologi ICT (Information, Communication dan Telecomunication) menjadikan jagad jurnalistik lebih bercorak cyber.
Sebagai contoh Harian Online KabarIndonesia (HOKI). Saat ini media online bermoto, "dari kita, oleh kita, untuk kita" tersebut telah memiliki lebih dari 4.000 Citizen Reporters. Walau baru berusia satu setengah tahun, tapi jumlah kontributor dan pengunjungnya terus bertambah setiap hari.
Menurut Anand Krishna alam semesta ini terdiri atas 5 unsur/anasir. Yakni elemen air, api, angin, tanah dan ruang angkasa (ether). Sehingga penulis melihat media online ialah sebentuk upaya bersama manusia guna memanfaatkan zat - yang notabene tak tampak tapi eksis tersebut - sebagai wahana penyebaran informasi dan kesadaran ke seantero jagad demi kemajuan peradaban secara keseluruhan.
Memang sejatinya sejak beberapa tahun silam media online sudah tersebar dan melingkupi bumi yang satu adanya ini. Bahkan di dunia Barat telah dipakai untuk keperluan pendidikan dan pengajaran siswa di sekolah maupun universitas.
Lantas apa manfaat media online? Banyak sekali! Salah satunya ialah guru atau dosen bisa menyebarkan pengetahuan dan pengalamannya secara leluasa alias lintas batas, ruang dan waktu. Tadinya hanya mampu dikonsumsi 40-50-an murid atau mahasiswa di sebuah ruang kelas, tapi kini sembari duduk di selasar kampus, materi pengajaran tadi bisa disebar ke seluruh dunia dengan metode teleconference.
Di negara seperti Inggris dan Amerika, media online mampu merambah ke pelosok (sub urban area) dan daerah terpencil lainnya. Sehingga penduduk di sana tak terisolir dan tetap bisa memamah beragam informasi mutakhir yang berguna bagi aktivitas keseharian penghidupan mereka. Misalnya perihal teknik pertanian organik, itu bisa diakses secara mudah lewat www.google.com ataupun kamus online wikipedia.
Selain itu dengan hadirnya media online tersebut anak-anak dapat mengakses gambar, musik dan film yang berguna bagi pemekaran jiwa. Tapi tentu perlu pendampingan khusus.
Bagi masyarakat Indonesia media online niscaya bermanfaat pula. Kenapa? Karena hanya dengan bermodal perangkat komputer sederhana dan koneksi internet yang ke depan niscaya lebih murah, orang bisa mengakses informasi lowongan kerja, berita bisnis sains, filsafat dan perkembangan situasi terkini di pelbagai belahan dunia. Semuanya itu merupakan makanan bagi jiwa dan pikiran kita. Misal seputar aktivitas men-copas (copy-paste) gambar-gambar, mengunduh lagu-lagu dari multiply, berkomunikasi via friendster dengan sahabat dari Tionghoa, Jepang, Arab, Eropa, Afrika dst niscaya bisa memperdalam pemahaman lintas budaya (cross cultural undersatanding) sekaligus membuka cakrawala pandang anak bangsa sehingga tak terjebak dalam fanatisme berbau primordial dan sektarian.
Tapi selain memfasilitasi kita untuk menyebarkan informasi dan kesadaran, media online juga mengandung bahaya laten bila disalahgunakan oleh pihak yang tak bertanggungjawab. Misal dengan menyebarkan black campaign bernuansa SARA di milist-milist, film-film katarsis seksual via situs youtube, ancaman ataupun intimidasi lewat e-mail yang mendeskreditkan kelompok minoritas tertentu, dlsb.
Oleh sebab itu praktisi media online musti senantiasa mensortir dan memantau sajian berita sehingga perkakas tersebut tidak kontraproduktif dan justru merugikan kepentingan umum.
Secara khusus guru juga perlu terlibat aktif dalam dunia jurnalistik cyber tersebut. Misal dengan turut mengirimkan berita-berita yang menyejukkan, menyebarkan metode-metode pembelajaran yang membebaskan dan menceriakan. Sehingga para pendidik tak melulu berdiam dalam menara gading, tapi terjun pula menyebarkan ilmu sesuai kompentensi masing-masing di medan laga kehidupan. Inilah cara kita mendidik masyarakat dalam rangka menunaikan amanah Konstitusi, "...mencerdaskan kehidupan bangsa!"
Akhirulkalam, semoga para akademisi, aktivis LSM, ormas, pemuka masyarakat, tokoh agama, lembaga pers dan last but not least pemerintah lebih memperhatikan perkembangan media online di Indonesia dan memaknainya sebagai wahana untuk memajukan bangsa demi terwujudnya kembali kejayaan Nusantara lama. Amin!
Ibarat cendawan di musim hujan kini marak bermunculan media online. Sebut saja www.detik.com, www.kabarindonesia.com, www.koraninternet.com, dll. Media lokal dan nasionalpun memiliki versi online, misalnya www.kr.co.id dan www.mediaindonesia.com. Perkembangan teknologi ICT (Information, Communication dan Telecomunication) menjadikan jagad jurnalistik lebih bercorak cyber.
Sebagai contoh Harian Online KabarIndonesia (HOKI). Saat ini media online bermoto, "dari kita, oleh kita, untuk kita" tersebut telah memiliki lebih dari 4.000 Citizen Reporters. Walau baru berusia satu setengah tahun, tapi jumlah kontributor dan pengunjungnya terus bertambah setiap hari.
Menurut Anand Krishna alam semesta ini terdiri atas 5 unsur/anasir. Yakni elemen air, api, angin, tanah dan ruang angkasa (ether). Sehingga penulis melihat media online ialah sebentuk upaya bersama manusia guna memanfaatkan zat - yang notabene tak tampak tapi eksis tersebut - sebagai wahana penyebaran informasi dan kesadaran ke seantero jagad demi kemajuan peradaban secara keseluruhan.
Memang sejatinya sejak beberapa tahun silam media online sudah tersebar dan melingkupi bumi yang satu adanya ini. Bahkan di dunia Barat telah dipakai untuk keperluan pendidikan dan pengajaran siswa di sekolah maupun universitas.
Lantas apa manfaat media online? Banyak sekali! Salah satunya ialah guru atau dosen bisa menyebarkan pengetahuan dan pengalamannya secara leluasa alias lintas batas, ruang dan waktu. Tadinya hanya mampu dikonsumsi 40-50-an murid atau mahasiswa di sebuah ruang kelas, tapi kini sembari duduk di selasar kampus, materi pengajaran tadi bisa disebar ke seluruh dunia dengan metode teleconference.
Di negara seperti Inggris dan Amerika, media online mampu merambah ke pelosok (sub urban area) dan daerah terpencil lainnya. Sehingga penduduk di sana tak terisolir dan tetap bisa memamah beragam informasi mutakhir yang berguna bagi aktivitas keseharian penghidupan mereka. Misalnya perihal teknik pertanian organik, itu bisa diakses secara mudah lewat www.google.com ataupun kamus online wikipedia.
Selain itu dengan hadirnya media online tersebut anak-anak dapat mengakses gambar, musik dan film yang berguna bagi pemekaran jiwa. Tapi tentu perlu pendampingan khusus.
Bagi masyarakat Indonesia media online niscaya bermanfaat pula. Kenapa? Karena hanya dengan bermodal perangkat komputer sederhana dan koneksi internet yang ke depan niscaya lebih murah, orang bisa mengakses informasi lowongan kerja, berita bisnis sains, filsafat dan perkembangan situasi terkini di pelbagai belahan dunia. Semuanya itu merupakan makanan bagi jiwa dan pikiran kita. Misal seputar aktivitas men-copas (copy-paste) gambar-gambar, mengunduh lagu-lagu dari multiply, berkomunikasi via friendster dengan sahabat dari Tionghoa, Jepang, Arab, Eropa, Afrika dst niscaya bisa memperdalam pemahaman lintas budaya (cross cultural undersatanding) sekaligus membuka cakrawala pandang anak bangsa sehingga tak terjebak dalam fanatisme berbau primordial dan sektarian.
Tapi selain memfasilitasi kita untuk menyebarkan informasi dan kesadaran, media online juga mengandung bahaya laten bila disalahgunakan oleh pihak yang tak bertanggungjawab. Misal dengan menyebarkan black campaign bernuansa SARA di milist-milist, film-film katarsis seksual via situs youtube, ancaman ataupun intimidasi lewat e-mail yang mendeskreditkan kelompok minoritas tertentu, dlsb.
Oleh sebab itu praktisi media online musti senantiasa mensortir dan memantau sajian berita sehingga perkakas tersebut tidak kontraproduktif dan justru merugikan kepentingan umum.
Secara khusus guru juga perlu terlibat aktif dalam dunia jurnalistik cyber tersebut. Misal dengan turut mengirimkan berita-berita yang menyejukkan, menyebarkan metode-metode pembelajaran yang membebaskan dan menceriakan. Sehingga para pendidik tak melulu berdiam dalam menara gading, tapi terjun pula menyebarkan ilmu sesuai kompentensi masing-masing di medan laga kehidupan. Inilah cara kita mendidik masyarakat dalam rangka menunaikan amanah Konstitusi, "...mencerdaskan kehidupan bangsa!"
Akhirulkalam, semoga para akademisi, aktivis LSM, ormas, pemuka masyarakat, tokoh agama, lembaga pers dan last but not least pemerintah lebih memperhatikan perkembangan media online di Indonesia dan memaknainya sebagai wahana untuk memajukan bangsa demi terwujudnya kembali kejayaan Nusantara lama. Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar