Agustus 02, 2012

Bukan Angka (Grade) Tapi Nilai (Value)


Dimuat di Majalah Pendidikan Online Indonesia, Kamis/2 Agustus 2012
http://mjeducation.co/bukan-angka-grade-tapi-nilai-value/


Give me some sunshine, give me some rain, give me another chance, I wanna grow up once again…” (Berilah aku sinar mentari, berilah aku tetes hujan, berilah aku kesempatan lain, aku ingin tumbuh dan berkembang sekali lagi)

Syair di atas petikan tembang dalam film 3 Idiots (2009) yang di sutradarai Rajkumar Hirani. Film produksi Bollywood ini diadaptasi dari novel Five Point Someone karya Chetan Bhagat. Isinya mengisahkan perjuangan 3 mahasiswa “idiot” di College of Engineering India. Mereka ialah Rachoo (Aamir Khan), Farhan (R. Madhavan), dan Raju (Sharman Joshi).

Sebutan idiot pada tiga sekawan ini muncul karena mereka kerap membuat onar di kelas. Ulah mereka tak elak membuat sang Rektor, Virus (Boman Irani) pusing tujuh keliling. Misalnya, Rachoo pernah didaulat menjadi dosen di kelas. Lantas, ia meminta para mahasiswa mencari arti  2 kata: Farhanitrate Prerajulization. Waktu yang disediakan hanya 1 menit. Semua mahasiswa berlomba mencari dalam kamus, tak ketinggalan Virus pun turut serta. Namun tak ada yang berhasil. Ternyata kedua kata itu sekadar modifikasi dari nama Farhan dan Raju.

Suatu ketika ketiga sahabat ini mengunjungi keluarga Raju dan Farhan di desa. Sayang nasib mereka kurang beruntung. Saat bertemu ayah Farhan, mereka malah dimarah-marahi karena Rachoo dan Raju dianggap membawa pengaruh buruk pada putranya. Sementara tatkala membesuk ayah Raju yang lumpuh karena stroke, mereka tak tega merepotkan ibundanya.

Setelah melalui perjalanan panjang kembali ke kota, mereka sama sekali tidak sempat mengisi perut. Di tengah-tengah rasa lelah dan lapar mereka kebetulan melihat ada hajatan besar. Kemudian ketiganya diam-diam menghadiri. Pasca menghabiskan makanan dan minuman dalam pesta tersebut, penyamaran mereka terbongkar. Ketiganya hanya membawa amplop-amplop sumbangan kosong dan sebenarnya mereka sama sekali tak pernah diundang.

Sebaliknya, ada 1 mahasiswa kesayangan Virus. Namanya Chatur (Omi Vaidya). Ia jago menghafal pelajaran walau tak paham artinya. Suatu ketika, seorang pejabat berkunjung ke kampus, Chatur didaulat untuk memberikan kata sambutan dalam bahasa Hindi. Mengetahui ternyata Chatur tidak memahami bahasa Hindi,  Rachoo memanfaatkannya. Ia mengganti isi sambutan tersebut dengan cerita berbau pornografi. Alhasil, Chatur menjadi bahan banyolan di aula kampus.

Kemudian Chatur menjadi berang sekali. Ia menantang Rachoo untuk berlomba. Genap 10 tahun kemudian, di antara mereka berdua siapa yang akan menjadi orang sukses. Chatur menuliskan di tembok dengan pecahan botol tanggal pertemuan mereka: 5 September. Kelak 10 tahun berlalu, Chatur harus merengek-rengek meminta tanda tangan kontrak. Ternyata  Rachoo-lah bosnya.

Dari film ini para pendidik bisa belajar satu fakta. Proses pembelajaran bukan sekedar mengejar grade (angka). Ada yang lebih substansial, yakni  menanamkan value (nilai keutamaan). Kata mutiara indah disampaikan tokoh Rachoo, “Be excellent then money will follow you”. Jadilah sempurna maka uang akan mengikutimu.

Misalnya dalam kasus Farhan. Ia sebenarnya terobsesi menjadi fotografer National Geographic. Tapi Farhan dilarang keras oleh ayahnya. Sang ayah ingin anak sulungnya menjadi insinyur. Pasca penjelasan panjang lebar dan menunjukkan surat panggilan kerja dari majalah bonafit tersebut, akhirnya ayah merestui. Bahkan beliau membelikan sebuah kamera canggih untuknya.

Tak semua adegan di film ini berujung happy ending. Seorang kakak kelas Rachoo sampai bunuh diri. Ia menggantung di kamar asrama karena dikeluarkan dari universitas. Awalnya, ia mendapat tugas membuat karya teknik. Si mahasiswa merangkai pesawat terbang yang bisa dikendalikan dengan remote control. Tapi karena terlalu lama, hasil karyanya itu tak dinilai oleh Virus. Pesawat itu hanya berakhir di tempat sampah. Saat pemakaman, Rachoo mendekati Pak Rektor. Ia mengatakan bahwa itu bukan insiden bunuh diri, melainkan pembunuhan secara tidak langsung.

Sutradara 3 Idiots, Rajkumar Hirani semula juga ingin jadi insinyur karena melihat orang lain di sekelilingnya selalu bercita-cita menjadi insinyur atau dokter. Namun akhirnya ia menemukan hasrat (passion) sebagai pekerja seni di dunia perfilman.

Akhir kata, pada hakikatnya semua pekerjaan itu mulia. Lakukan apa yang disukai, jadikan itu sebagai profesi, siapa pun bisa meraih mimpi asalkan gigih berusaha. Berbahagialah orang yang berkarya sesuai kata hati. Sebab ia tidak merasa bekerja, tetapi sekadar bermain-main. Itu pun mendapat bayaran.

Sumber Foto: http://www.fullizle.org/3-idiots-full-izle.fullindirizle.html
1343899189202306741

Tidak ada komentar: