http://mjeducation.co/bukan-angka-grade-tapi-nilai-value/
“Give me some sunshine, give me some rain, give me another chance, I wanna grow up once again…”
(Berilah aku sinar mentari, berilah aku tetes hujan, berilah aku
kesempatan lain, aku ingin tumbuh dan berkembang sekali lagi)
Syair di atas petikan tembang dalam film 3 Idiots (2009) yang di
sutradarai Rajkumar Hirani. Film produksi Bollywood ini diadaptasi dari
novel Five Point Someone karya Chetan Bhagat. Isinya mengisahkan
perjuangan 3 mahasiswa “idiot” di College of Engineering India. Mereka
ialah Rachoo (Aamir Khan), Farhan (R. Madhavan), dan Raju (Sharman
Joshi).
Sebutan idiot pada tiga sekawan ini muncul karena mereka kerap
membuat onar di kelas. Ulah mereka tak elak membuat sang Rektor, Virus
(Boman Irani) pusing tujuh keliling. Misalnya, Rachoo pernah didaulat
menjadi dosen di kelas. Lantas, ia meminta para mahasiswa mencari arti
2 kata: Farhanitrate Prerajulization. Waktu yang disediakan hanya 1
menit. Semua mahasiswa berlomba mencari dalam kamus, tak ketinggalan
Virus pun turut serta. Namun tak ada yang berhasil. Ternyata kedua kata
itu sekadar modifikasi dari nama Farhan dan Raju.
Suatu ketika ketiga sahabat ini mengunjungi keluarga Raju dan Farhan
di desa. Sayang nasib mereka kurang beruntung. Saat bertemu ayah Farhan,
mereka malah dimarah-marahi karena Rachoo dan Raju dianggap membawa
pengaruh buruk pada putranya. Sementara tatkala membesuk ayah Raju yang
lumpuh karena stroke, mereka tak tega merepotkan ibundanya.
Setelah melalui perjalanan panjang kembali ke kota, mereka sama
sekali tidak sempat mengisi perut. Di tengah-tengah rasa lelah dan lapar
mereka kebetulan melihat ada hajatan besar. Kemudian ketiganya
diam-diam menghadiri. Pasca menghabiskan makanan dan minuman dalam pesta
tersebut, penyamaran mereka terbongkar. Ketiganya hanya membawa
amplop-amplop sumbangan kosong dan sebenarnya mereka sama sekali tak
pernah diundang.
Sebaliknya, ada 1 mahasiswa kesayangan Virus. Namanya Chatur (Omi
Vaidya). Ia jago menghafal pelajaran walau tak paham artinya. Suatu
ketika, seorang pejabat berkunjung ke kampus, Chatur didaulat untuk
memberikan kata sambutan dalam bahasa Hindi. Mengetahui ternyata Chatur
tidak memahami bahasa Hindi, Rachoo memanfaatkannya. Ia mengganti isi
sambutan tersebut dengan cerita berbau pornografi. Alhasil, Chatur
menjadi bahan banyolan di aula kampus.
Kemudian Chatur menjadi berang sekali. Ia menantang Rachoo untuk
berlomba. Genap 10 tahun kemudian, di antara mereka berdua siapa yang
akan menjadi orang sukses. Chatur menuliskan di tembok dengan pecahan
botol tanggal pertemuan mereka: 5 September. Kelak 10 tahun berlalu,
Chatur harus merengek-rengek meminta tanda tangan kontrak. Ternyata
Rachoo-lah bosnya.
Dari film ini para pendidik bisa belajar satu fakta. Proses pembelajaran bukan sekedar mengejar grade (angka). Ada yang lebih substansial, yakni menanamkan value
(nilai keutamaan). Kata mutiara indah disampaikan tokoh Rachoo, “Be
excellent then money will follow you”. Jadilah sempurna maka uang akan
mengikutimu.
Misalnya dalam kasus Farhan. Ia sebenarnya terobsesi menjadi
fotografer National Geographic. Tapi Farhan dilarang keras oleh ayahnya.
Sang ayah ingin anak sulungnya menjadi insinyur. Pasca penjelasan
panjang lebar dan menunjukkan surat panggilan kerja dari majalah bonafit
tersebut, akhirnya ayah merestui. Bahkan beliau membelikan sebuah
kamera canggih untuknya.
Tak semua adegan di film ini berujung happy ending. Seorang
kakak kelas Rachoo sampai bunuh diri. Ia menggantung di kamar asrama
karena dikeluarkan dari universitas. Awalnya, ia mendapat tugas membuat
karya teknik. Si mahasiswa merangkai pesawat terbang yang bisa
dikendalikan dengan remote control. Tapi karena terlalu lama, hasil
karyanya itu tak dinilai oleh Virus. Pesawat itu hanya berakhir di
tempat sampah. Saat pemakaman, Rachoo mendekati Pak Rektor. Ia
mengatakan bahwa itu bukan insiden bunuh diri, melainkan pembunuhan
secara tidak langsung.
Sutradara 3 Idiots, Rajkumar Hirani semula juga ingin jadi insinyur
karena melihat orang lain di sekelilingnya selalu bercita-cita menjadi
insinyur atau dokter. Namun akhirnya ia menemukan hasrat (passion) sebagai pekerja seni di dunia perfilman.
Akhir kata, pada hakikatnya semua pekerjaan itu mulia. Lakukan apa
yang disukai, jadikan itu sebagai profesi, siapa pun bisa meraih mimpi
asalkan gigih berusaha. Berbahagialah orang yang berkarya sesuai kata
hati. Sebab ia tidak merasa bekerja, tetapi sekadar bermain-main. Itu
pun mendapat bayaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar