Dikabulkannya kasasi JPU Martha Berliana
Tobing oleh 3 hakim agung Mahkamah Agung (MA) Zaharuddin Utama, Achmad
Yamenie, Sofyan Sitompul dalam kasus Anand Krishna membuat masyarakat
dan dunia internasional tersentak kaget.
Pasalnya, status hukum Anand Krishna
sudah mendapat putusan bebas oleh Pengadilan Negeri (PN) Jakarta
Selatan (Jaksel) pada 22 November 2011 silam. Persidangannya dipimpin
oleh Albertina Ho, seorang hakim yang kredibel dan berintegritas
tinggi. Beliau dijuluki Srikandi Hukum Indonesia.
Putusan kasasi di atas tentu melukai
rasa keadilan masyarakat. Terlebih lagi ini bukan kali pertama kali MA
mengetuk palu secara kontroversial. Sehingga menimbulkan polemik di
masyarakat. Antara lain, kasus Prita Mulyasari dalam kasus RS OMNI dan
Nenek Rasminah yang dituduh mencuri 6 piring.
Untuk menyikapi ketidakadilan tersebut sejumlah tokoh dan aktivis civil society di Bali sepakat menggelar aksi damai VOICE of BALI for JUSTICE & HUMAN RIGHT.
Pada hari yang sama diadakan pula aksi damai Komunitas Pecinta Anand
Ashram (KPAA) di depan kantor MA di Jakarta dan di Tugu Yogyakarta.
***
Berikut ini pidato Sacha Stone (Pendiri Humanitad) yang didampingi Greg Kheel (Anggota Humanitad) dari Eropa. Keduanya datang jauh-jauh dari luar negeri untuk mendukung kebebasan Anand Krishna dan menegakkan HAM.
(Doa dikumandangkan dan lagu
perdamaian dinyanyikan ratusan peserta, tokoh masyarakat, dan pemuka
agama seperti Ida Pedanda Sebali Tianyar, Ida Pedanda Gede Made
Gunung, Ida Pandita Mpu Mengwi, Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna
Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa III, I.G.N. Kesuma Alit Kelakan
(Anggota DPD RI), Tjok. Raka Kerthyasa, Prof. Dr. L.K. Suryani dan
Ketut Wiana, Indra Udayana, Ki Nantra, dll . Mereka semua berkumpul di
Monumen Bajra Sandi Renon, Denpasar, Bali, Senin sore 6 Agustus 2012.
Kemudian, Sacha Stone dari Humanitad maju ke depan didampingi Greg Kheel)
…Arya Weda, kamu punya banyak pekerjaan dengan organisasi kami kapanpun, terimakasih untuk hati dan kekuatannya.
Kita di sini untuk merayakan orang itu (sambil menunjuk ke arah Pak Anand Krishna),
Bagaimana perasaanmu menjadi orang bebas? Rasanya bahagia, nikmatilah
karena kami bertekad memperjuangkan kamu tetap bebas seperti itu (tepuk tangan hadirin bergemuruh).
Ini tentang sesuatu yang kecil, tapi
sesuatu yang sangat-sangat penting, yang disebut hak asasi manusia
(HAM). Keadilan alamiah ini bukan dinamai kemewahan manusia, bukan
pula pilihan-pilihan manusia, ini hak asasi manusia.
Ini tidak diberikan begitu saja, kamu
harus menuntutnya, kamu harus memilikinya. Dan jika pemerintahanmu dan
lembaga peradilanmu, atau pejabat yang melayanimu tak lagi memenuhi
hak asasi manusiamu, kamu harus berdiri mengambil sikap, kita harus
bicara secara lantang, sebagai satu suara.
Jadi yang akan aku lakukan saat ini, hanyalah membacakan pernyataan sikap Humanitad yang sudah kami berikan saat konferensi pers 2 hari yang lalu.
Anand Krishna telah mengabdikan dirinya bagi pelayanan kemanusiaan, melakukan lebih banyak untuk menggaungkan keselarasan (harmony) lintas agama/kepercayaan, perdamaian, dan keadilan sosial dibandingkan orang lain dalam sejarah peradaban Indonesia.
Tapi sungguh ironis orang baik itu
sekarang harus menjadi korban penyalahgunaan/penyelewengan hukum,
skala ini tidak sesuai dengan lembaga hukum lainnya di negara-negara
demokrasi saat ini.
Sejatinya, itu tidak tercermin dengan
baik di negara yang indah ini, di negara muda yang mulia ini, ini
tidak tercermin dalam keramahan sikap masyarakat Indonesia. Jadi
rubahlah kalau mereka tak lagi melayanimu. Rubahlah ketika aturan dan
integritas mereka yang bertanggungjawab dalam penegakan hukum bisa
diajak kompromi.
Ini merupakan tanggungjawab semua
orang bebas, untuk berjuang menegakkan kebebasan manusia yang sakral
itu. Sehingga tetap lestari abadi, karena ini adalah hak asasi yang
mendasar untuk seorang manusia di dunia bangsa manusia.
Fair, didengarkan di depan
publik, oleh kelompok yang independen dan tidak memihak dalam dakwaan
tuntutan kriminal ialah hak asasi yang paling mendasar untuk seorang
manusia di planet ini. Dalam kasus ini, sangat jelas bahwa tidak ada
satu orang pun berkehendak baik akan menganggap Mahkamah Agung (MA)
yang memutuskan kasus Anand Krishna adil, terbuka pada masyarakat,
independen, atau pun tidak memihak. Semuanya tidak demikian.
Oleh sebab itu, marahlah rakyat, ya marahlah melihat hal ini terjadi. Karena kalau ini bisa terjadi pada orang itu (sambil menunjuk ke Pak Anand) maka bisa pula terjadi pada kamu, kamu, kamu, kita semua!
Ketika hak asasi manusia dilanggar seperti ini, tak ada seorang pun yang bisa aman hidup di dunia ini, tidak ada!
Ada 197 negara di seluruh dunia, 90 di
antaranya kami perjuangkan penegakan hukumnya, dan benar dokter, anda
benar, ada agenda besar di sini, agenda politik, agenda agama, agenda
filosofi, agenda intelektual, dan mereka mempermainkan isi pikiran
dan hati kalian semua.
Orang baik itu, maafkan saya Pak, orang baik itu (sambil menujuk ke Pak Anand)
dipakai untuk bisa menyetir agenda itu, kalau orang itu pun sampai
kalah, itu akan membuat kita semua ketakutan, ini akan membuat kita
semua dengan penuh ketakutan (seperti ini sambil memperagakan gesture mengkeret).
Tidak! Tidak! Tidak! Marahlah sekarang
juga! Karena bisa jadi tidak ada hari esok untuk berjuang. Dan saya
bicara tentang amarah yang berasal dari dalam hati, yang sungguh
disebut cinta…
Ya! Pemerintahanmu semestinya
melayanimu, lembaga peradilan juga seharusnya melayanimu, MA ialah
yang paling tinggi dalam lembaga peradilan. Ketika ia tidak berfungsi
dengan baik, rubahlah sekarang!
Pak Anand mohon sebagai simbol
perjuangan kita, Greg baru terbang jauh dari Eropa dan mendarat sejam
yang lalu, ia hadir di sini untuk mendukungmu, saya berdiri di sini
juga untuk mendukungmu.
Mari datanglah kemari bergabung dengan
kami, kita lakukan salam kebebasan. Tolong difoto, direkam dan
sebarkan ke semua orang. Karena kita mewakili dunia saat ini.
(Pak Anand maju ke depan, kemudian
bergandengan tangan dengan Sacha dan Greg, lantas memberikan salam
kebebasan kepada semua peserta yang hadir sambil mengangkat tangan ke
atas tinggi-tinggi, dan diakhiri dengan saling berangkulan).
Terimakasih, kami semua menyaksikan ini dari jarak sangat dekat…
***
Sumber Foto: Sacha Stone http://www.facebook.com/sacha.stone.7
Simak video aslinya berbahasa Inggris di: http://www.youtube.com/watch?v=BcLAFQcycwg&feature=share
Tidak ada komentar:
Posting Komentar