Agustus 31, 2012

Menjadikan Ratu Boko sebagai Wahana Wisata Budaya Spiritual


“Jogja-Jogja tetap istimewa, istimewa negerinya, istemewa orangnya…
Jogja-Jogja tetap istimewa, Jogja istimewa untuk Indonesia…”

Refrain tembang Jogja Hip-hop Foundation (JHF) ini begitu membius telinga pendengar. Kelompok rapper muda yang njawani tersebut semula biasa manggung dari kampung ke kampung. Hebatnya kini “Jogja Istimewa” dinikmati pula oleh warga ibukota dan bahkan penduduk dunia. Videonya sudah ditonton setidaknya 312,659 kali di http://www.youtube.com/watch?v=F18vJTtX_Ns&feature=related.

Jogja memang istimewa bukan? Kota Gudeg tercinta menawarkan pengalaman selaksa makna. Aneka jenis wisata tersaji di sini. Mulai dari menikmati keindahan alam berupa gunung Merapi dan pantai Parangtritis, menyelami misteri budaya Jawa, menyantap hidangan sembari lesehan di Malioboro, sampai mengagumi kemegahan candi-candi peninggalan leluhur kita.

Salah satu destinasi wisata yang sayang untuk dilewatkan ialah Candi Ratu Boko. Sebuah lanskap arkeologi berupa kompleks kraton raja Mataram Kuno seluas 2500.000 m2. Konon Raja Rakai Panangkaran dari Dinasti Syailendra membangunnya pada tahun 746-784 M. Jadi kalau dibandingkan dengan Candi Prambanan dan Borobudur, umurnya relatif lebih tua.
1346379423503513163
Gapura Kala Senja, sumber foto: Dokumen Pribadi
Kraton Ratu Boko memiliki gerbang yang megah dan indah. Bahannya terbuat dari batu andesit hitam. Ada 2 gapura masih berdiri kokoh hingga kini. Yang pertama berukuran panjang 12,15 m x lebar 6,9 m x tinggi 5,05 m. Di sini ada 3 pintu masuk. Sedangkan gapura kedua berukuran  lebih jumbo,  panjang 18,6 m x lebar 9 m x tinggi 4,5 m. Di gapura ini ada 5 pintu masuk.

Gapura raksasa tersebut acapkali dipakai sebagai latar belakang foto prewedding calon pasangan pengantin. Terutama saat mentari beranjak pulang ke peraduannya di ufuk barat. Kombinasi warna jingga dan biru kian menambah kesan romantis.

Di kompleks Kraton Ratu Boko ini juga terdapat peninggalan berupa Lingga-Yoni. Simbol Yoni (kelamin perempuan) terpahat di dinding pintu masuk Gua. Sedangkan, lambang Lingga (kelamin laki-laki) menonjol di dasar kolam. Sejatinya, kombinasi unsur Yin dan Yang ini merupakan representasi proses peningkatan kesadaran manusia.
1346379786754492985
Kolam Air Suci, sumber foto: Dokumen Pribadi
Selain itu terdapat pula Pendopo yang luas, Pekarangan rumput yang lapang, Sumur tempat air suci, Gua Pertapaan yang mistis, Kolam Pemandian keluarga raja, dan Keputren untuk permaisuri dan dayang-dayangnya. Hingga kini, sumber air suci masih dipakai saat perayaan hari raya umat Hindu.

Keunggulan Kraton Ratu Boko ialah letak geografisnya. Berada jauh di atas bukit dengan ketinggian 195.97 m dpl, sehingga seluas mata memandang terbentang  pemandangan alam yang  membuat lidah berdecak kagum. Semilir angin kian menambah kesejukan.

Di sisi utara, areal sawah hijau seperti karpet raksasa yang digelar. Kemudian sebagai latar belakang gunung Merapi bersanding mesra dengan Merbabu. Candi Prambanan dan Kalasan juga tampak begitu mungil dari sini. Sedangkan di sebelah timur, barisan perbukitan seribu berjajar dengan rapi. Di malam hari, temaram lampu-lampu kota Jogja juga mempercantik suasana.

Menurut pemandu wisata di sana, kawasan Ratu Boko juga disebut Abhayagiri Wihara.  Artinya bukit yang jauh dari bahaya. Pun diselimuti dengan kedamaian. Pada tahun 1790, Van Boecholtz menemukan peninggalan bersejarah ini.
1346380056822369332
Sisa-sisa Reruntuhan, sumber foto: Dokumen pribadi
Kemudian pada tahun 1915, FDK Bosch meneliti “Kraton van Ratoe Boko” secara lebih intensif. Istilah “Keraton” ternyata berasal dari kata Ka-Da-Tu-An. Artinya tempat istana para raja. Kata “Boko” sendiri sinonim dengan burung bangau.

Pada hemat penulis,  bisa jadi saat itu banyak burung bangau hinggap di sana. Tapi ini bisa juga merupakan metafor. Bangau sejenis dengan angsa. Spesies itu gemar terbang secara berkelompok. Mereka membentuk formasi seperti huruf V di angkasa. Tujuannya untuk mengurangi tekanan udara di atas sana. Sehingga bisa menghemat energi tatkala melanglang buana.

Selain itu, angsa juga merupakan simbol pencerahan. Menurut Anand Krishna (Paramhamsa Yogananda:1999) para guru spiritual juga direpresentasikan sebagai Angsa Agung yang membimbing jiwa kembali ke sangkar jati diri (sangkan paraning dumadi).

Multikultur

“Holobis kuntul baris ayo dadi siji, nyebarake seni lan budi pekerti…”

Terusan lirik lagu Jogja Hip-hop Foundation (JHF) ini kembali mengingatkan betapa para leluhur kita hidup rukun dan damai dalam kebinekaan. Ibarat burung kuntul (sejenis bangau) yang guyup dan bersatu terbang dalam satu formasi tadi.

Candi Ratu Boko berjarak 18 km ke arah timur dari pusat kota Yogyakarta. Di sepanjang jalan Solo tersebut ada banyak sekali candi. Mulai dari Candi Gebang, Candi Sambisari, Candi Kalasan, hingga Candi Sewu dan Candi Prambanan. Walaupun aneka warna coraknya tapi bisa hidup bersama.

Ngarso Dalem Hamengku Buwono X dan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat pun terus melestarikan model multikultur semacam ini hingga kini. Di sekitar Kraton, kita bisa menemukan Klenteng di Gondomanan, Gereja Kidul Loji, dan Masjid Agung Kauman. Bhinneka Tunggal Ika menjadi perekat persatuan antar sesama anak bangsa. Walau berbeda kita semua orang Indonesia.
13463802262135682733
Pahatan Wajah Raksasa, sumber foto: Dokumen Pribadi
Secara khusus, Kompleks Keraton Ratu Boko juga pernah digunakan oleh 2 penganut aliran yang berbeda. Awalnya memang sebagai Wihara Buddha, seperti tercatat dalam Prasasti Abhayagiri (792 M). Saat itu, para peneliti menemukan peninggalan berupa arca Dhyani Buddha dan stupika.

Kemudian peninggalan leluhur ini sempat dipakai pula sebagai kediaman Rakai Walaing Pu Kumbhayoni. Menurut keterangan yang terpahat dalam prasasti Pereng (862 M), beliau seorang pemuja Dewa Siwa. Selain itu, para arkeolog juga menemukan arca Ganesha dan Durga.

Artinya secara saintifik, DNA leluhur kita dan orang Indonesia memang inklusif. Perbedaan di kulit luar tak menghalangi sinergi esensi dalam diri. Di balik lapisan kulit ini, darah yang mengalir sama-sama berwarna merah dan tulang kita pun berwarna putih.

Para peneliti juga menemukan peninggalan keramik dari Dinasti Ming (abad 14-17) dan Dinsati Sung (abad 8-9) di sini. Sehingga kompleks kraton Ratu Boko ditempati relatif lama, kurang lebih 9 abad. Pembaca bisa menonton videonya di http://www.youtube.com/watch?v=FPZ0k0r6Djo. Sampai tulisan ini dibuat sudah dilihat 3.151 orang lebih dari pelbagai penjuru dunia.

Revitalisasi
1346380448326089325
Fondasi Bangunan, sumber foto: Dokumen Pribadi
Namun memang kini yang tersisa sebagian besar berupa fondasi. Sedangkan, bangunan utamanya sendiri telah tiada. Karena terbuat dari kayu dan tanah liat sehingga telah aus dimakan usia. Upaya pemugaran situs Ratu Boko sudah dimulai sejak tahun 1983-1973. Kemudian dilanjutkan pada 1990-2000-an.

Dalam konteks ini, Candi Ratu Boko harus menawarkan konsep wisata yang berbeda. Sehingga para wisman (wisatawan manacanegara) dan wisnu (wisatawan nusantara) berbondong-bondong datang ke sini.
Menurut Anand Krishna, ada 3 aspek utama dalam wisata. Yakni, ekosistem, budaya, dan keunikan lokal. Tantangannya ialah bagaimana mengembalikan Ratu Boko sebagai pusat pemujaan dan laku spiritual.

Di dunia ini ada 700-800 juta umat Buddha dan 1 milyar lebih umat Hindu, mereka akan berbondong-bondong datang ke sini lagi. Selain itu, kita perlu mendirikan juga kursus singkat di sekitar komplek Kraton Ratu Boko.

Antara lain berupa kursus membatik, mendalang, membuat wayang, membuat layang-layang, membuat tempe dan tahu, dst. Kearifan budaya lokal ini bisa menjadi magnet bagi para turis dalam negeri maupun internasional. Selain itu, tentu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
1346380772455436659
Gerbang Lain Menuju Ratu Boko, sumber foto: Dokumen Pribadi
Di era globalisasi ini, pariwisata yang paling laku memang wisata agama. Sungai Gangga, Kota Suci Yerusalem, Mekah, Vatikan, dll tetap ramai walau dunia mengalami resesi ekonomi sekalipun seperti sekarang.

Di Jateng-DIY tak hanya Borobudur dan Prambanan. Masih banyak peninggalan bersejarah kaya filosofi lainnya. Salah satunya tentu Kraton Ratu Boko ini. Pulau Jawa dan juga Nusantara memang merupakan melting point of culture alias titik pertemuan pelbagai budaya dari seluruh penjuru dunia.

Kita perlu belajar dari Arab Saudi. Mereka mampu meraup 18 trilyun US Dollar (2009) dari ibadah haji setiap tahunnya. Selain itu, wisata agama perlu dimajukan menjadi wisata budaya spiritual. Di setiap tempat pemujaan itu, perlu ada tempat dialog dan sharing. Sehingga para pengunjung bisa belajar saling mengapresiasi pelangi perbedaan di antara sesama umat manusia.

Kita juga harus mengangkat kembali nilai-nilai budaya lokal. Warisan leluhur seperti Kitab Wedhatama karya Mangkunegara IV musti dikaji dan direvitalisasi. Sehingga para pemandu wisata bisa menjelaskan filosofi esoteris tersirat di balik apa yang terlihat dan kasat mata.

Tepat 5000 tahun silam sebelum tsunami 100 meter menerjang kepulauan Nusantara,  leluhur kita masih berada dalam satu peradaban dengan India. Istilah Hindu bukan mengacu pada satu agama tertentu. Bahkan di dalam Kitab Negara Kertagama (200 tahun silam) tak ditemukan kata tersebut.
13463811561248437939
Kraton Ratu Boko, sumber foto: Dokumen Pribadi
Menurut sejarawan Al Beruni, bangsa ini ialah anggota masyarakat berperadaban Hindu. Lokusnya membentang dari Himalaya sampai ke Australia. Istilah Hindu, Sind, Hind, Indies merupakan sebuah cara hidup (way of life). Sehingga wajar kalau ada banyak kesamaan antara India dan Indonesia. Salah satunya dalam wujud bangunan candi.

Akhir kata, leluhur kita tentu membangun Candi Ratu Boko tak berhenti sebagai sarana ritual formalistik. Tapi lebih sebagai pusat pendidikan budi pekerti bagi generasi masa depan. Semangat budaya inklusif tersebut yang musti dibangkitkan kembali. Menyitir pendapat Fyodor Dostoyevsky (1821-1881), “Elemen terpenting kita bukan pada otak. Namun, pada apa yang menuntun otak kita–kepribadian, hati, kebaikan, dan ide-ide progresif.”

NB: Artikel ini telah diikutsertakan dalam lomba jurnalistik Kompleks Kraton Ratu Boko, semoga saja bisa menang :-). Mohon disebarluaskan ke teman-teman lainnya. Terimakasih banyak dan salam budaya!

Tidak ada komentar: