Dimuat di Okezone.com, Selasa/28 Agustus 2012
http://suar.okezone.com/read/2012/08/28/285/681472/menyulut-nasionalisme-kaum-muda
Judul: Nasional.Is.Me
Penulis: Pandji
Penerbit: Bentang Pustaka, Yogyakarta
Cetakan: IV/Maret 2012
Tebal: XIV + 330 halaman
Harga: Rp54.000
ISBN: 978-602-8811-53-8
Penerbit: Bentang Pustaka, Yogyakarta
Cetakan: IV/Maret 2012
Tebal: XIV + 330 halaman
Harga: Rp54.000
ISBN: 978-602-8811-53-8
“Banyak dari generasi kita saat ini yang
kurang begitu mengenal Indonesia dengan baik, hal tersebut membuat
mereka menjadi kurang merasa memiliki dan mencintai negaranya. Buku ini
akan memberi gambaran mengenai bagaimana luar biasanya Indonesia,
sehingga sudah selayaknya jika kita bangga menjadi bagian dari bangsa
ini.” - Bambang Pamungkas (Bepe).
Tatkala dunia gandrung pada football
(sepak bola), Amerika menciptakan American Football. Kenapa? karena
sepakbola modern dikenal tumbuh di Inggris. Bahkan kemudian negeri
Paman Sam meracik basketball (bola basket) sebagai produk asli mereka.
Lewat kedua olahraga tersebut, semua imigran berpartisipasi dalam
“pesta bersama” sehingga persatuan pun tercipta.
Pertanyaannya, “Di Indonesia sendiri
wujud Nasionalisme-nya seperti apa?” Dalam buku ini menurut Panji
jawabnya, “Pancasila!” Dasar negara, tempat di mana semua suku, agama,
keragaman berpijak. Landasan yang mempersatukan perbedaan antara aku
dan kamu di dalam wadah kekitaan. Senada dengan judul lagu Franky
Sahilatua, “Pancasila (ialah) Rumah Kita.”
Pandji kemudian menelisik sejarah
peradaban umat manusia. Jebolan SMA Gonzaga Jakarta ini berpendapat
bahwa Pancasila-lah yang menjadikan Indonesia tidak bernasib seperti
India. Pasca kemerdekaan, negara bekas jajahan Inggris itu terpecah
dengan Pakistan. Masyarakat Islam (minoritas di India) takut tidak akan
diakomodir hajat hidupnya. Sehingga terjadilah perang saudara, yakni
antara Islam dan Hindu karena kepentingan politis.
Pun Mahatma Gandhi menggelar mogok
makan. Sang Mahatma berpuasa sampai kekerasan di India berhenti.
Akhirnya, seluruh India menyudahi perang saudara. Dan Gandhi pun
kembali menyantap sesuap nasi. Namun, pecahnya India tak terelakkan.
Masyarakat muslimnya kemudian menjadi Pakistan.
Migrasi penduduk Islam dan Hindu ke
daerah India dan Pakistan tercatat sebagai tragedi kemanusiaan abad
silam. Keluarga serumah terpaksa berpisah karena perbedaan agama dan
kepercayaan. Pancasila membuat Indonesia diakui relatif demokratis.
Kenapa? karena sebagian besar negara Islam (atau negara dengan
mayoritas penduduk Islam) dipimpin rezim Khilafah. Kendati demikian,
sekarang rezim-rezim tersebut pun goyah. Arab Saudi perlahan namun
pasti mulai membuka diri terhadap perubahan.
Buku ini juga mengungkap kisah era
revolusi. Pada 1945, ayah Pandji belum genap berumur 7 tahun. Si ayah
sempat bertanya kepada Ibunya (nenek Pandji), “Apa itu Merdeka?” Semula
nenek Pandji kebingungan mau menjawab apa. Tapi kemudian sang nenek
menuturkan, “Merdeka itu artinya semua ini (sembari menunjuk ke
sekelilingnya) jadi milik kita, Nak.” Belum puas, si bocah bertanya
lagi, “Semua jadi milik kita? berarti naik kereta (api) nggak bayar,
dong?” Nenek kembali menjawab, “Iya, Nak!” (halaman 103).
Seperti yang kita tahu bersama, hari ini
pun kita masih harus (mem)bayar untuk naik kereta, berarti bangsa ini
belum merdeka. Begitulah sindirian cerdas ala Pandji. Kendati demikian,
rapper penggubah tembang “Angkat Tanganmu untuk Indonesia” ini juga
mengapresiasi sumbangsih barisan pahlawan yang berjuang merebut
kemerdekaan politis dari tangan penjajah asing.
Zaman dahulu kala (1945-1948), pagar
rumah mendiang ayahnya di Yogyakarta terbuat dari bambu. Tingginya
sebatas pinggang orang dewasa. Mirip seperti pembatas rumah di serial
film Unyil dan Pak Raden. Pada suatu hari, ketika nenek hendak
mendorong pagar ke luar, rasanya seperti tertahan, ada yang mengganjal.
Beliau menemukan seorang anak yang tersambar peluru nyasar. Tubuhnya
tekapar tak bernyawa lagi. Umur anak itu seusia ayah Pandji pada saat
itu. Ia sedang menggenggam lemper di tangannya (halaman 104).
Buku ini semula berbentuk e-book. Versi
online-nya sudah diunduh tak kurang dari 14.955 kali. Proses
peluncuran buku “Nasional.Is.Me” berbarengan dengan Pesta Buku Jakarta
2011. Hingga kini, telah mengalamai cetak ulang ke-4. “Nasional.Is.Me”
juga mengusung misi edukasi. Penyiar radio Hard Rock ini menerapkan
konsep berbagi. Dengan membeli 1 buah buku otomatis 1 eksemplar buku
diberikan secara gratis kepada anak bangsa yang berdomisili di daerah
pedalaman. Program ini terselenggara berkat dukungan Bentang Pustaka
dan Putera Sampoerna Foundation.
Sistematika karya tulis ini terdiri
atas 3 bagian. Pertama, Kenali Indonesiamu. Kedua, Temukan passion-mu.
Ketiga, Berkaryalah untuk masa depan bangsamu. Total ada 10 bab. “Dari
Sebuah Permintaan Sampai Sebuah Permenungan” hingga “Dari Kalimat
Pembuka Hingga Kalimat Penutup.” Nenny Soemawinata menyampaikan
perspektifnya di bagian awal.
Buku setebal 330 halaman ini semacam
manifesto. Rangkuman jawaban atas pertanyaan yang sering dilontarkan
kepada Pandji ihwal kecintaannya kepada Indonesia. Presenter acara
Proactive Provocative tersebut tak menulis berdasarkan asumsi. Ia
menarik kesimpulan secara deduktif. Yakni, pasca berkeliling Nusantara
dari Sabang sampai Merauke.
Kebetulan pekerjaan Pandji memungkinkan
safari tersebut. Ia menjelajah dari Padang, Belitung, Jakarta,
Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Manado, Makassar, Kupang,
Bali, hingga Jayapura. Keindahan itulah kesan yang menggores dalam.
Pria kelahiran Singapura ini berbagi
pengalaman tak terlupakannya di Kupang (halaman 155), “Melihat anak-anak
di sana, mendengar mereka bernyanyi “Kuan Kefa” sebuah lagu daerah
tentang rindu kampung halaman…lalu mendengar ibu-ibu bernyanyi tentang
persatuan berjudul “Lais Manekat” sambil duduk di bawah pohon. Setengah
tidak percaya, persis seperti di film-film, suara anginnya tidak
berembus tapi bersiul….”
Buku ini menyulut nasionalisme kaum
muda di tengah awan pekat politik nan korup. Sebuah ajakan altruistik
untuk berkontribusi bagi Republik. Mulai dari diri sendiri di lingkar
pengaruh setiap individu. Tentu sesuai profesi dan talenta
masing-masing. Selamat membaca!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar