Simposium Road to Global Harmony ini berbeda dengan simposium lainnya. Kenapa? Karena menghadirkan sejumlah tokoh agama dan kepercayaan di Indonesia. Mereka hendak memaparkan Interfaith bukan dari sisi teori saja, tapi lebih sebagai sharing pengalaman demi terwujudnya Global Harmony (Keselarasan Global).
Lebih dari 300 hadirin
telah diundang untuk datang. Termasuk para guru dan siswa-siswi dari
kota pelajar tercinta ini. Ibarat semburat warna pelangi, mereka begitu
majemuk, baik dari faktor umur, pendidikan, status ekonomi, dan sosial budaya. Selain itu, instansi pemerintah dan organisasi non pemerintah (LSM) pun dilibatkan secara aktif.
Harapannya, seluruh partisipan tidak sekadar saling bersilaturahmi dan memperluas wawasan, tapi juga memetik hikmah perenungan sebagai pedoman kerja bersama. Sehingga bisa diejawantahkan dalam keseharian hidup masing-masing individu.
Sosial media di internet seperti Facebook, Twitter, Citizen Jurnalism dan Website terus dimaksimalkan untuk menyebarluaskan acara dan materi Simposisum ini. Untuk
bersama wujudkan global harmoni di bumi ini. Kalau pun belum terwujud,
anak-cucu dan generasi penerus kelak tahu ada pendahulu mereka yang
pernah mencita-citakan, merintis, dan mengupayakannya.
Secara khusus, link pada Charter Global Harmony (http://www.charterforglobalharmony.org/) telah berjalan untuk mewartakan cita-cita mulia ini ke seluruh penjuru dunia. Sampai tulisan ini dibuat, piagam Keselarasan Global (Global Harmony) sudah diterjemahkan ke 6 bahasa (Inggris, Arab, Mandarin, Spanyol, Belanda, dan Prancis) dan inisiatornya Anand Krishna Ph.D telah menggandeng pula 31 co-creator dan 225 suporter. Silakan berkunjung dan membubuhkan dukungan di http://www.charterforglobalharmony.org/take-action/ .
Kemudian sebagai wahana sosialiasi masif acara dan materi Simposium ini, media masa cetak dan elektronik menjadi ujung tombaknya. Selain itu, penerbitan buku hasil curah gagasan dan sharing pengalaman dalam Simposium dirasa menjadi kebutuhan pula. Sehingga kian memperluas dan menguatkan sebaran contents best practice-nya.
Simposium ini diselenggarakan karena kerukunan beragama dan berkeyakinan selama ini hanya menjadi sebuah rhetoric alias kata-kata manis, muluk, dan melenakan. Tapi faktanya, setiap saat, kapan saja, di mana pun kelompok-kelompok agama bisa disulut dan dikonfrontir lewat konflik dan pertumpahan darah. Dalam 2000 tahun terakhir, telah terjadi 3000-an kali perang atas nama agama dan kepercayaan.
Hal ini terjadi karena selama ini kita bicara kerukunan dan juga dialog dengan tujuan “toleransi” yang dipaksakan dari atas (top-down). Semestinya kita memahami perbedaan antara sesama umat manusia dan menemukan apa yang dapat mempersatukan kita semua.
Dalam konteks ini yang mempersatukan kita adalah fakta bahwa apapun agama kita dan perbedaan antara kita, we are living on the same One Earth, under One Sky and we are family - One Humankind, kita hidup di atas satu bumi, di bawah satu langit dan kita adalah satu keluarga satu umat manusia.
Tak sekadar beretorika tapi berdasarkan kisah nyata, selama lebih dari 21 tahun bereksperimen Yayasan Anand Ashram (berafiliasi dengan PBB, 2006) menemukan bahwa kerukunan yang sustainable ataupun harmoni pada tingkat nasional/global tidak mungkin terwujud jika kita tidak mulai dengan mendamaikan jiwa setiap individu masing-masing terlebih dahulu. Dari kedamaian jiwa atau Inner Peace itulah kita baru bisa saling mencintai (Communal Love). Setelah Communal Love, baru bisa mencapai Global Interfaith Harmony.
Teknisnya, simposium dibagi menjadi 3 sub-tema pembicaraan yang notabebe merupakan langkah, jalan kita menuju sustainable Global Interfaith Harmony yaitu: 1. Inner Peace, disampaikan oleh tokoh dari Agama Budha dan Aliran Kepercayaan; 2. Communal Love dibawakan oleh tokoh dari Agama Islam dan Kristen serta perwakilan dari Akademisi; 3. Global Harmony dipaparkan oleh Tokoh Agama Hindu dan Konghuchu.
Simposium yang diselenggarakan oleh Yayasan Anand Ashram (berafiliasi dengan PBB, 2006 www.anandashram.or.id ) ini akan dilaksanakan di:
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Republik Indonesia (RI)
Tempatnya di Pendopo Agung Taman Siswa yang didirikan Ki Hadjar Dewantara
Hari Sabtu, 1 September 2012
Pukul 09.00-12.00 WIB
Simposium digelar dalam rangka perayaan Hari Bakti bagi Ibu Pertiwi (Motherland). Sejak tahun 2005, tanggal 1 September memang dicanangkan oleh Menteri Pertahanan RI pada saat itu, Prof. Juwono Sudarsono, Ph.D. sebagai Hari Bhakti bagi Ibu Pertiwi. Simposium tahun 2012 ini sekaligus juga sebagai sebuah persembahan pada Bunda Alam Semesta (Mother of Universe) yang telah memberi tanpa pamrih pada kita semua putra-putri-Nya, tanpa pernah membedakan agama, suku bangsa, dan sekat-sekat luaran lainnya.
Adapun para pembicara yang sudah mengkonfirmasi untuk hadir, urun rembug, dan sharing pengalaman:
1. Inner Peace
• Buddhis (Bikkhu Sasana Bodhi Thera, Gunung Kidul)
• Kepercayaan dan Ketuhanan (YP Sukiyanto, Pendiri Paguyuban Kekadang Liman Seto Pusat Blora, Ketua Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan)
2. Communal Love
• Kristen (Rm. Aloysius Budi Purnomo,Pr., Romo Kepala Paroki St. Fransiscus Xaverius, Semarang )
• Islam (Alissa Wahid, Yogyakarta)
• Akademisi ( Prof. Dr. Muhammad A.S. Hikam, MA., APU, Vice Chancellor IV President University, Former Indonesian Minister for Research and Technology )
3. Global Harmony
• Hindu (Sunarto S,Ag., M.Si., Direktur Sekolah Tinggi Hindu Dharma, Klaten)
• Konghuchu (Ws. Adjie Chandra, Ketua Majelis Agama Konghuchu, Surakarta)
4. Sri Sultan Hamengku Buwono X (Gubernur DIY Yogyakarta)
5. Anand Krishna, Ph.D (Aktivis Lintas Agama, Humanis)
Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran monggo silakan menghubungi di 081805844014. Gratis dan terbuka untuk umum!
Mohon
woro-woro alias pengumuman ini disebarluaskan ke keluarga, kolega, dan
kenalan Bapak/Ibu/Saudara/i sekalian. Terimakasih banyak dan sampai
jumpa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar