Mogok Makan Anand Krishna Inspirasi Perjuangan Rakyat Tibet
OPINI | 27 April 2011 | 01:18 12 0 Nihil
Mogok makan Anand Krishna menginspirasi perjuangan rakyat Tibet. Terutama yang berada di pengungsian di Dharmasala, India Utara. Mereka menggunakan cara ahimsa ini untuk melawan invasi Rezim Komunis China. Gerakan massa tersebut bertajuk Tibetan Students Call for “Fast For Freedom” to Protest Chinese Crackdown.
Pada Selasa (19/4/2011) ratusan mahasiswa Tibet menggelar aksi mogok makan dan tutup mulut. Sebagai bentuk solidaritas bagi para korban pembantaian di daerah Ngaba, Tibet yang terus berlangsung hingga kini. Mereka juga menuntut pembebasan para tahanan politik. Antara lain Lama Panchen yang baru ditangkap oleh tentara China di daerah Ngaba. Tokoh lain yang ditahan ialah Lobsang Tsundrue dan Lobsang Dhargay dari Biara Kirti.
Kembali ke Indonesia, Rabu (27/4/2011) ialah hari ke-49 Anand Krishna menuntut keadilan. Bukan dengan cara kekerasan tapi dengan mogok makan. Bukan nyawa orang lain yang dikorbankan melainkan nyawanya sendiri menjadi taruhan. Sudah 26 kg berat badannya hilang. Bahkan sempat muntah dan mengeluarkan cairan empedu dari lambungnya.
Ironis, sampai saat ini Hari Sasangka yang berwenang mencabut surat penahanan tak mengindahkan kesehatan penulis 140 buku tersebut. Padahal 10 dokter sudah merekomendasikan surat permohonan penangguhan penahanan. Agar Anand bisa menghentikan mogok makan dan dirawat di rumah secepatnya. Sebelum semua menjadi terlambat. Indonesia bisa menjadi sorotan dunia internasional karena pelanggaran HAM. Sebab kasus Anand Krishna sudah menjadi pemberitaan global kini.
Pergerakan tanpa kekerasan Anand Krishna dan para mahasiswa Tibet sungguh menemukan relevansinya kini. Tatkala caci-maki, aksi kekerasan dan teror bom menghantui Indonesia dan belahan dunia lainnya. Dari tawuran antar suporter sepakbola, pertikaiaan antara aparat keamanan dan warga setempat, sampai konflik bersenjata di Timur Tengah. Padahal kekerasan hanya melahirkan kekerasan. Senada dengan pesan Mahatma Gandhi, “Bila mata diganti mata maka seluruh dunia akan menjadi buta.”
Sukses gerakan ahimsa niscaya membuat gerah pihak tertentu. Terutama para produsen senjata yang menarik keuntungan dari aneka konflik yang sengaja diciptakan. Sebab bila terjadi perang, senjata menjadi kebutuhan pokok. Harga senjata melambung tinggi. Bahkan saat menerbangkan pesawat-pesawat tempur untuk membombardir daerah lawan, dibutuhkan bahan bakar pesawat. Pihak perusahaan minyak meraup keuntungan besar. Walau itu musti mengorbankan nyawa ribuan orang.
Mari kita mengakhiri zaman survival of the fittest. Hukum rimba yang memberlakukan dalil, “Siapa kuat dia menang,” sudah usang. Saatnya mengedepankan dialog, apresiasi dan saling pengertian. Mari bergotong-royong membangun masa depan yang lebih manusiawi bagi sesama anak bangsa dan warga dunia. Cara tanpa kekerasan ialah solusinya. Love is the only solution. Anand Krishna telah membuktikan lewat 50 hari mogok makannya.
Berikan dukungan Anda bagi perjuangan Pendiri Yayasan Anand Ashram (berafiliasi dengan PBB) di http://freeanandkrishna.com/
Sumber berita:
http://www.facebook.com/pages/United-Nations-For-a-Free-Tibet-Switzerland-Suisse/203019393064527?ref=ts&sk=wall#!/fastingforTibet
http://www.facebook.com/fastingforTibet#!/BebaskanAK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar