Dimuat di Surat Pembaca, Suara Merdeka, Kamis/2 Mei 2013
Pada Minggu sore (16/12) saya dan istri
melintasi Jalan Kaliurang. Arahnya menuju ke selatan. Tepat di depan
Kampus Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), saya
menyaksikan peristiwa yang sungguh mengharukan.
Seorang perempuan muda mengendarai
sepeda mini menuju ke utara. Di tengah jalan, tiba-tiba HPnya terjatuh
dari saku. Kemudian seorang bapak mengambilkan.
Padahal dia mengendarai motor. Terima
kasih banyak Pak,” ujar wanita tersebut. Dari kejadian itu saya sadar
bahwa ternyata masih banyak orang baik.
Tapi, ingatan saya melayang ke berita
insiden penembakan di Amerika Serikat. Kali ini menimpa Sekolah Dasar
Sandy Hook, Newton, Connecticut. Sungguh tragis, korban tewas
kebanyakan masih berusia 6-7 tahun. Salah satu anak perempuan yang
tewas baru saja merayakan ulang tahunnya yang ketujuh pada Selasa, 11
Desember 2012. Total korban yang meninggal dunia 28 orang. Satu di
antaranya pelaku penembakan, Adam Lanza (20). Satu orang lagi ibu
pelaku penembakan, Nancy.
”Wajah pemuda itu bagai bayi, namun
kelakuannya seperti setan,” ujar para saksi mata. Presiden Amerika
Serikat Barack Hussein Obama sampai meneteskan air mata saat
mengunjungi keluarga korban penembakan. Namun di balik tragedi
kemanusiaan Jumat berdarah tersebut, ada kisah menggetarkan.
Victoria Soto, dianggap pahlawan dalam
kasus penembakan Adam Lanza. Saat suara letusan terdengar, beberapa
guru langsung bersembunyi di bawah meja, tapi tidak bagi Victoria Soto.
Ia justru berlari ke arah suara tembakan, satu-satunya yang dia
pikirkan adalah keselamatan anak didiknya.
Suara teriakan dan keadaan mencekam tak
menyurutkan Victoria, sampai pada satu titik dia melihat Adam Lanza
tengah bersiap menembakkan senjata ke arah beberapa anak-anak di
hadapannya. Victoria berlari amat kencang. Dia mengejar Adam Lanza yang
sudah membidik ke arah anak-anak kecil berumur 5-10 tahun yang
menangis ketakutan. Lantas, dengan badannya dia halangi Adam Lanza dan
tiga tembakan menghempaskan tubuh Victoria Soto. Alhasil, anak-anak
selamat, tapi tidak bagi Victoria. Dia meninggal membela kehidupan anak
didiknya.
Dari kisah nyata tersebut, selain bisa
belajar keberanian dan pengorbanan diri dari Victoria Soto, niscaya
kita pun tersadarkan bahwa masih banyak orang baik di dunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar