Mei 18, 2013

Menjadi Dokter untuk Diri Sendiri

Dimuat di Kompas.com, Sabtu/18 Mei 2013

Judul: Pengobatan Mandiri
Penulis: Dewi Fitriani S.Si., Apt
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Cetakan: 1/April 2013
Tebal: viii + 237 halaman
ISBN:  978-602-249-121-7

Survei di bidang Sosial Ekonomi Nasional (SEN) pada 2010 silam mengungkap fakta mengejutkan. Ternyata 70% rakyat Indonesia melakukan pengobatan mandiri jika mereka jatuh sakit. Data tersebut diperkuat dengan pengamatan penulis secara langsung tatkala ia bekerja di apotek selama 5 tahun lebih. Dalam konteks ini, buku karya Dewi Fitriani S.Si sungguh menemukan relevansinya. Yakni guna menyediakan informasi pengobatan murah bagi khalayak ramai.

Menurut alumnus Fakultas Farmasi, ITB (Institut Teknologi Bandung) tersebut, penggunaan antibiotik dan kortikosteroid oleh masyarakat sering tak tepat takaran. Ibu satu anak yang kini bekerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Oregon Health and Science University (OHSU), negara bagian Portland, Amerika Serikat tersebut menandaskan betapa penting konfirmasi dari tenaga medis seperti apoteker, perawat, dan dokter ahli. Agar tidak terjadi kesalahan resep yang berakibat fatal.

Lewat buku bersampul merah ini, pemilik Apotek Phyto Pharmacy (2006-2010) tersebut juga mendeskripsikan beragam penyakit. Dari mulai yang ringan hingga yang akut. Sehingga masyarakat dapat menyembuhkannya dengan cara mengkonsumsi obat yang beredar luas di pasaran. Secara terperinci, ia pun memberi panduan seputar gejala, penyebab, resep pengobatan, dan efek samping selama proses pemulihan. Total ada 54 bab penyakit termaktub di dalamnya.

Misalnya maag atau peptic ulcer. Penyakit ini disebabkan oleh luka di bagian lambung (duodenum), tepatnya di atas usus kecil. Saat kita makan, lambung menghasilkan asam lambung (HCl) dan enzim pepsin untuk mencerna saripati makanan. Maag kambuh ketika asam dan enzim pepsin melintasi sistem pertahanan saluran cerna. Alhasil, gesekan itu menyebabkan luka di dinding mukosa (halaman 138).

Lantas apa obat untuk meredakan nyeri lambung? Antasida dapat menetralkan asam lambung berlebih tersebut. Pada kondisi perut kosong, antasida hanya berefek 15-20 menit. Tapi jika dimakan 1 jam setelah makan, dia akan memberi efek sampai 3-4 jam. Pengobatan dengan antasida biasanya memakan waktu 6-8 minggu.

Secara lebih mendalam menurut penulis, ada penyakit tertentu yang sejatinya tidak memerlukan obat sama sekali. Perawatan yang tepat sudah sangat membantu penyembuhan penyakit itu sendiri. Misalnya dalam kasus ruam popok. Ruam popok muncul pada kulit yang mengenakan popok. Biasanya terjadi pada anak di bawah 2 tahun dan manula yang sering memakai popok dewasa.

Khusus bagi bayi, pada usia 9-12 bulan ia mulai mengonsumsi makanan padat sehingga mengubah tingkat keasaman fesesnya. Sehingga ketika ia belajar duduk terjadi gesekan kulit bayi yang sensitif dengan popok yang basah. Alhasil, kulitnyapun memerah dan mengilat pada bagian yang tampak.

Ternyata perawatan yang tepat ialah dengan sering mengganti popok. Sehabis bayi buang air besar, dalam hitungan menit popok harus langsung diganti yang baru. Selain itu, kaum ibu harus lebih telaten/rajin. Yakni dengan mencuci bersih pantat bayi dengan sabun lembut. Lantas, jangan lupa untuk dikeringkan dan diangin-anginkan. Caranya dengan ditepuk-tepuk menggunakan lap sampai benar-benar kering (halaman 178).

Masih banyak daftar penyakit lainnya – tentu beserta resep mujarab untuk pencegahan dan penyembuhannya - termaktub dalam buku setebal 237 halaman ini. Dari bisul, sakit gigi, rematik, sariawan, hingga luka bakar. “Pengobatan Mandiri, Menjadi Dokter untuk Diri Sendiri” sebuah referensi berharga untuk melengkapi isi kotak P3K Anda. Selamat membaca! (T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru Bahasa Inggris di PKBM Angon (Sekolah Alam) http://www.angon.org/, Ekskul English Club di TK Mata Air, SMP Kanisius Sleman, dan Kontributor Tetap Majalah Pendidikan Online Indonesia http://mjeducation.co/)

Editor :
Jodhi Yudono

13688835761297001689

Tidak ada komentar: