Dimuat di Mjeducation.co edisi Cetak, bulan Mei 2013
Judul: Pohon Abadi, 100 Cerita Inspiratif dari Seluruh Dunia
Penulis: Margaret Silf
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: 1/ Februari 2012
Tebal: xii + 256 halaman
ISBN: 978-979-22-7956-6
Harga: Rp60.000
“Keberhasilan tampaknya merupakan seni bertahan ketika yang lain justru mengundurkan diri.” - William Feather
Saat
membaca sampul depan buku ini saya penasaran, “Kenapa diberi judul
Pohon Abadi?” Ternyata jawabnya dapat ditemukan di kisah No. 10 (halaman
27-29). Dahulu kala sebatang pohon mungil tumbuh di hutan belantara.
Tatkala pohon itu bertambah sedikit tinggi, ia mulai menyadari keluasan
langit yang membentang di atasnya. Selain itu, dari balik dedaunan ia
bisa mengintip awan-awan putih berarak di angkasa, mereka seakan sedang
menempuh petualangan yang begitu mengasyikkan. Ia memperhatikan pula
burung-burung yang melintas. Langit, awan, dan burung - mereka semua
menyampaikan pesan keabadian.
Kemudian, suatu hari
lewatlah seorang penjaga hutan. Ia pria sederhana sehingga merasakan
kalau pohon kecil itu sebenarnya tak bahagia. “Ada apa, pohon kecil?”
tanya sang jaganawa. “Apa yang membuat jiwamu resah?” lanjutnya penuh
atensi. Awalnya, pohon kecil sedikit bimbang, tapi akhirnya ia
mengungkapkan kegalauan hatinya, “Aku ingin sekali hidup abadi…”
Seiring
waktu kian lama si pohon mungil semakin besar dan kuat. Sang jaganawa
melewatinya lagi. Kemudian ia bertanya kembali, “Apakah kamu masih
ingin hidup abadi?” “Ya! Aku masih ingin hidup abadi!” seru pohon
tersebut lantang. Kemudian, penjaga hutan itu mengatakan satu
prasyarat, “Aku bisa membantumu menjadi abadi asalkan engkau
mengizinkan aku untuk menebangmu.”
Pohon terperanjat
kaget. Dalam hati ia membatin, “Aku ingin hidup abadi kok malah ia
hendak memotong batangku?” Tapi setelah merenung beberapa saat, ia
menganggukkan kepala. Keesokan harinya, jaganawa membawa kapak yang
sangat tajam. Hanya butuh beberapa tebasan untuk menumbangkan pohon itu.
Lantas kayunya diiris tipis-tipis. Setelah itu, irisannya dihaluskan,
dibentuk, dan dipoles dengan vernis.
Dalam hati, pohon
itu menjerit kesakitan, tapi nasi sudah menjadi bubur. Ia memasrahkan
dirinya pada sang pembuat biola. Selama bertahun-tahun, ia hanya
berbaring di dalam kotak alat musik. Untuk menghibur hati yang
gundah-gulana, ia mengenang kembali masa-masa indah selama masih berada
di hutan. Ia juga menyesal kenapa terlalu percaya pada jaganawa.
Namun
semua berakhir indah bagi mereka yang sabar. Biola tersebut diambil
oleh empunya. Tangan lembut membelai tubuhnya dengan penuh perasaan. Ia
bergetar saat busur aneh menggesek-gesek dadanya. Getaran itu
beresonansi menjadi alunan merdu. “Kayuku telah berubah menjadi musik,”
pekiknya riang. Tak lupa ia sangat berterima kasih kepada jaganawa.
Singkat
cerita, musik itu menggema ke seantero dunia. Menjalar dari satu hati
ke kalbu lainnya. Nada-nada cinta mengingatkan semua orang pada
dedaunan yang bergemerisik, awan yang berarak, kepakan sayap burung,
langit biru yang membentang, dan kepada Pohon Abadi (halaman 29).
Margaret
Silf mengelompokkan 100 kisah inspiratif seturut tema tertentu. Bagian
Takdir berisi 12 cerita, Mutiara Dalam Kehidupan (11), Kemenangan
Kebaikan atas Kejahatan (13), Nilai Abadi (10), Peringatan-peringatan
(15), Seni Hidup (10), Kesabaran dan Kegigihan (11), Pengorbanan (11),
dan Hubungan Antarmakhluk (7). Cerita dibuka dengan “Persahabatan yang
Indah” (hal 2- 4) dan dipungkasi dengan "Horee.. yang Membahana" (hal
247-249).
Buku ini memuat pula petuah bijak Romo Anthony
de Mello SJ. Isinya menganalogikan konsep Kawulo Manunggaling Gusti.
Alkisah sebuah boneka garam telah menempuh pengembaraan panjang di
daratan. Hingga sampailah ia di tepi pantai. Boneka itu bertemu dengan
hamparan lautan.
Boneka garam itu bertanya kepada
samudera, “Apakah engkau?” “Akulah lautan,” jawab samudera. Boneka itu
bertanya lagi, “Aku tak mengerti, tapi aku ingin bisa mengalami.
Bagaimana caranya? Sang lautan menjawab, “Sentuhlah aku…masukilah aku…”
(halaman 13).
Sedikit demi sedikit butiran-butiran garam
di tubuh boneka itu larut dalam air laut. Ia juga mengalami pemahaman
yang lebih mendalam (insight) ihwal hakikat dirinya. Boneka itu tahu
bahwa - meskipun sangat kecil - ia merupakan bagian dari lautan yang
begitu luas.
Cerita-cerita dalam buku setebal 256 halaman
ini ibarat tebu. Pembaca perlu mengunyahnya berkali-kali untuk
mencecap manisnya gula. Pesan yang tersirat begitu mendalam. Pohon
Abadi merupakan referensi apik untuk perjalanan meniti ke dalam diri.
Sebab menyitir wejangan Roy Disney, “Tidak sulit mengambil keputusan
bila Anda tahu apa saja nilai-nilai yang Anda anut.” Selamat membaca!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar